Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kalau Keluarga Mereka Meninggal dan Terpapar Covid-19, Siapa yang Menguburkannya?"

Kompas.com - 08/09/2020, 13:01 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Memutuskan menjadi relawan pengubur jenazah Covid-19 bukan tanpa tantangan.

Atong Handoko (47), seorang warga Kota Madiun bercerita dirinya sempat mendapatkan protes dari anggota keluarganya.

Atong juga pernah diprotes masyarakat saat menggunakan peralatan milik warga untuk mengubur jenazah Covid-19.

Mereka khawatir, alat itu tak steril usai dipakai menguburkan jasad pasien Covid-19 meski alat-alat itu telah dibersihkan.

"Saya berikan pengertian ke tetangga, saya bilang (kalau) keluarga mereka meninggal dan terpapar Covid-19 lalu siapa yang menguburkan," kata Atong.

Beruntung, tak ada tetangga yang sampai mengucilkannya.

Baca juga: Cerita Pengubur Jenazah Covid-19, Sempat Diprotes Keluarga, Tak Boleh Minum Selama Pemakaman

Sang anak pernah ambil kunci sepeda motor

MAKAMKAN—Atong bersama timnya mengubur salah satu jenazah kasus covid-19 di Kota MadiunKOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI MAKAMKAN—Atong bersama timnya mengubur salah satu jenazah kasus covid-19 di Kota Madiun
Tugas Atong sebagai pengubur jenazah pasien Covid-19 bermula ketika ia terlibat dalam pemakaman jenazah yang tinggal di Kelurahan Oro-oro Ombo.

Jenazah tersebut dimakamkan dengan prosedur Covid-19.

Setelah hari itu, Atong mendapat tugas dari BPBD bersama delapan relawan lainnya sebagai tim pemakaman jenazah Covid-19.

Jika tak ada pekerjaan mengubur jenazah pasien Covid-19, Atong membantu sang istri berjualan minyak eceran.

Atong berhasil mengalahkan rasa takut menguburkan jasad pasien corona saat awal-awal bertugas.

Namun, ia masih harus menghadapi protes keluarga.

Sang anak bahkan pernah tak mengizinkan Atong pergi.

"Anak saya yang sempat protes. Kadang-kadang kunci sepeda motor saya diambil agar tidak pergi. Tetapi akhirnya setelah saya berikan penjelasan, dia bisa memaklumi,” jelas Atong.

Baca juga: Kisah-kisah Perawat Melawan Aniaya dan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Diancam Pecahan Kaca dan Jenazah Ditolak Warga

 

MAKAMKAN—Atong bersama timnya mengubur salah satu jenazah kasus covid-19 di Kota MadiunKOMPAS.COM/MUHLIS AL ALAWI MAKAMKAN—Atong bersama timnya mengubur salah satu jenazah kasus covid-19 di Kota Madiun
Memakan waktu hingga sejam, selama itu tak boleh minum

Memakamkan jenazah pasien Covid-19 menguras tenaga. Sebab prosesnya membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Sepanjang proses pemakaman, mereka juga tak diizinkan minum.

"Selama proses, kami tidak diperbolehkan minum. Kami juga tidak diperbolehkan memegang apapun selain yang ditangani," kata Atong.

Setelah liang lahad dibuat, kata dia, Atong bersama timnya datang ke lokasi pemakaman.

“Lalu saya perintahkan tim untuk menyemprot awal di ambulans. Setelah itu peti jenazah dikeluarkan dibantu teman-teman di pemakaman. Selama peti dibawa menuju liang, petugas menyemprot bagian petinya,” kata Atong.

Baca juga: Sederet Cerita Warga Takut Di-Rapid Test, Malah Tawarkan Uang Damai dan Mengungsi ke Pulau Lain

Mereka harus memasukkan jenazah lengkap dengan peti ke dalam lubang dan mengembalikan tanah galian kembali.

Setelah itu, proses melepas APD dilakukan oleh petugas lainnya.

Usai penguburan selesai, seluruh tim disemprot cairan disinfektan. Sedangkan APD yang mereka kenakan dibakar dan dibuang.

“Setelah penguburan saya perintahkan seluruh anggota mandi dulu di kantor. Setelah itu ganti baju, lalu baju yang kotor dimasukkan kedalam plastik. Setibanya di rumah langsung direndam dan dicuci sendiri,” jelas Atong.

Para pengubur jenazah Covid-19 itu juga meminum suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Muhlis Al Alawi | Editor : Dheri Agriesta)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com