Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Kepala BRG soal Masa Tugasnya Berakhir pada 31 Desember 2020

Kompas.com - 05/09/2020, 08:18 WIB
Suwandi,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi


Tambah Kewenangan BRG

Direktur Walhi Jambi, Rudiansyah mengatakan kewenangan BRG harus ditambah, untuk mengintervensi kerja-kerja perusahaan yang berizin dalam merestorasi gambut.

Dengan adanya kewenangan yang kuat, maka kerja restorasi gambut seluas 200.772 hektar, dapat maksimal dan mampu mencegah karhutla.

Baca juga: Jokowi Wacanakan Pembubaran BRG, Ini Pesan Walhi...

Selama ini, BRG hanya bekerja di wilayah non-izin yang luasnya hanya 40 persen. Sisanya itu berada di wilayah izin.

Sedangkan kerja restorasi yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan pemerintah daerah di lahan perusahaan itu, tidak ada.

"Restorasi gambut di lahan perusahaan itu nihil. Karena pengawasan yang lemah dan tidak transparan," kata Rudi menegaskan.

Nilai kerugian kebakaran gambut Jambi pada 2019 mencapai Rp 145 triliun. Angka itu dihitung dari gambut terbakar dan rusak seluas 114 ribu hektare.

Wilayah gambut yang mengalami kebakaran, kata Rudi, berada di izin konsesi Hak Pengusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman Industri (HTI), Hutan Lindung Gambut (HLG), Perkebunan Kelapa Sawit (PKS) Taman Nasional dan Lahan Masyarakat.

"Kita catat ada 62 perusahaan yang wilayah izinnya terbakar. Tata kelola gambut yang buruk, di areal konsesi disinyalir penyebab kebakaran," kata Rudi lagi.

Baca juga: Penghematan Jadi Alasan Presiden Bubarkan Lembaga, Berapa Serapan Anggaran BRG?

Sementara itu, Direktur KKI Warsi, Rudi Syaf, memandang BRG harus masuk ke perusahaan pemegang izin, untuk menjaga lahan gambut tetap basah.

Pasalnya, pada 2015 dan 2019, kebakaran paling luas terjadi di lahan perusahaan. Sedangkan lahan yang dikelola BRG, ada yang terbakar, tapi sedikit.

Kemudian BRG diberi kewenangan mendorong perusahaan untuk mengembangkan tanaman yang bernilai ekonomi, tapi mampu bertahan dalam kondisi tinggi muka air 40 sentimeter.

Rudi mencontohkan, perusahaan bisa menanam jelutung dan kopi.

Selanjutnya, menjadikan hutan lindung, dengan menjual karbon. Di mana, dalam satu hektar, bisa menghasilkan 1.800 dolar per tahun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com