Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDI Soroti Pemeriksaan PCR di Sulsel Masih Sangat Rendah

Kompas.com - 31/08/2020, 15:22 WIB
Hendra Cipto,
Dony Aprian

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com – Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Makassar menyoroti pemeriksaan menggunakan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk mendeteksi kasus positif Covid-19 di Sulawesi Selatan masih sangat rendah.

Ketua IDI Makassar Siswanto Wahab mengatakan, pemeriksaan PCR per hari hanya mencapai ratusan tidak sebanding dengan jumlah penduduk Sulsel.

“Pemeriksaan 585 per hari masih kurang. Minimal 1.200-1.300 per hari, bukan termasuk yang kontrol swab di klinik swasta. Jadi pemeriksaan 1 juta penduduk setiap minggunya dari total jumlah penduduk di Sulsel 8,7 juta,” kata Siswanto kepada wartawan, Senin (31/8/2020).

Berdasarkan grafik harian jumlah Covid-19 di Sulsel, hanya mencapai 364 pemeriksaan PCR.

“Sebagai zona merah, pemeriksaan ratusan spesimen setiap harinya jauh dari target. Tapi ini sudah malah mengklaim zona hijau. Masih kah kita ingin bermain angka-angka agar bisa zona hijau,” tuturnya.

Baca juga: Gelar KBM Tatap Muka, Gubernur Sulsel Tunggu Kesiapan Kepala Sekolah

Sementara itu, Humas IDI Sulsel Wahyudi Muchsin menambahkan, penanganan Covid-19 di Sulsel mengibaratkan sebagai buah semangka.

Di mana, dari luar terlihat hijau, namun dalamnya merah.

“Zona hijau buah semangka. Dari luar hijau tapi dalam nya merah,” tambah Wachyudi.

Wahyudi menambahkan, hingga 30 Agustus 2020, jumlah dokter yang gugur sebagai pahlawan kemanusiaan Covid-19 mencapai 100 orang.

“100 orang dokter yang telah gugur itu, belum termasuk dokter gigi dan tenaga kesehatan. Jadi apakah di Sulsel masih mau bermain-main?,” papar Wachyudi.

Baca juga: Laboratorium Uji Spesimen Penuh, Target Swab Massal di Sleman Molor

Jika penanganan yang kurang serius ini terus terjadi, lanjut Wachyudi, Sulsel bisa sangat mengerikan.

Apalagi, mutasi Covid-19 yang disebut Happy Hypoksia atau orang meninggal secara tiba-tiba menghantui masyarakat.

“Happy Hypoksia ini merupakan trend virus akibat mutasinya dari berbagai strain. Dimana, Happy Hypoksia ini sangat berbahaya dan tidak diduga-duga. Kelihatannya Orang Tanpa Gejala (OTG), tapi saturasi oksigen turun drastis yang menyebabkan kematian secara tiba-tiba. Orang tiba-tiba terjatuh akibat gagal pernafasan dan meninggal tiba-tiba,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com