Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli: Mud Volcano di Kesongo Menjadi Ciri Bersemayamnya Minyak dan Gas

Kompas.com - 30/08/2020, 21:53 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

Menurut Handoko, gas yang menyembur di lumpur Kesongo mengandung gas hidrogen sulfida (H25) yang bersifat racun pada kadar tertentu.

Sehingga sudah pasti manusia atau hewan akan keracunan jika menghirupnya.

Meski bersifat racun, sambung dia, jika diolah sedemikian rupa bisa dimanfaatkan.

Jenis minyak dan gas, kata dia, serupa atau sama persis dengan yang dieksploitasi perusahaan migas. 

"Hal ini biasa terjadi dieksploitasi migas, selalu muncul gas H2S di dalam proses pengambilannya dan selalu ada tim monitoring gas H2S di dekat lubang bor. Wujudnya gas alam yang diproduksi oleh perusahaan migas. Setelah diproses, kegunaannya seperti suplai gas industri untuk pembakaran, PLTG, disalurkan ke masyarakat berupa jaringan gas alam kota lewat pipanisasi dan sebagainya," kata jebolan (S1) Jurusan Teknik Geologi UGM dan (S2) Marine Geology and Geophysic, Oregon State University, USA ini.

Baca juga: Ruko Elektronik Terbakar di Surabaya, 5 Penghuninya Tewas Terjebak

Handoko menuturkan, gas alam yang terkubur di kawasan Kesongo diperkirakan bersemayam di kedalaman di bawah 1.000 meter.

"Kalau di area Kesongo di bawah 1.000 meter sudah ada gas alamnya, jauh lebih dalam dari gas rawa, tapi bertekanan besar. Tapi, tidak menutup kemungkinan dangkal juga. Untuk contoh kasus eksploitasi masif di area gunung lumpur adalah di Republik Azerbaijan yang pengeboran persis di area mud volcano dan menghasilkan migas yang besar," pungkas Handoko.

Kepala Dinas Kepemudaan, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora, Slamet Pamudji, mengatakan, pemerintah masih belum bisa berspekulasi untuk pengembangan dan pemanfaatan kawasan Kesongo yang memiliki dua sisi potensi.

Positifnya menjadi ciri keberadaan migas serta menjadi geowisata dan laboratorium alam. Namun, ada bahaya yang muncul jika tiba-tiba erupsi.

"Kami lihat perkembangannya. Ini bukan aset Pemkab Blora melainkan kawasan perhutani dan tentunya harus menjalin kerja sama," kata Slamet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com