Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nenek 70 Tahun Rela Naik Turun Bukit demi Tugas Sekolah Cucunya

Kompas.com - 14/08/2020, 05:46 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Mbah Surati mengharapkan, dengan semua upaya ini maka cucunya bisa terus menjalani pendidikan yang baik semasa pandemi demi menggapai cita-citanya.

"Biar bisa jadi dokter seperti yang dia mau," kata Surati.

Penerima PKH

Devi gadis mungil berparas cantik dengan alis tebal. Ia sebenarnya bungsu tiga bersaudara. Ia terpisah dari ayahnya dan kedua saudara kandungnya, sejak Sugiyanti, ibu kandungnya, meninggal dunia.

Ketika itu Devi masih berumur tiga bulan.

Surati menceritakan, Devi tidak lagi mendapat kasih sayang utuh kedua orangtua. Devi dirawat Surati, sekaligus menemani hari tuanya.

Baca juga: Berkumpul di Pos Ronda untuk Belajar Online...

Devi juga menerima perhatian tetangga yang ikut prihatin, bahkan sampai sekarang. Banyak bantuan datang setiap saat, di tetangga yang dermawan, kelompok pengajian hingga bantuan langsung dari kepala sekolahnya.

Suratinem dan Devi hidup bersama di rumah Limasan Jawa dengan dinding anyaman bambu. Lantainya tanah.

Hampir semua sudut rumah itu sangat gelap dan dingin sekalipun siang terang benderang.
Devi harus menyalakan lampu bila ingin belajar.

“Suratinem ini hidup memprihatinkan," kata Basiran, Dukuh (kepala dusun) Kalingiwa.

Basiran mengungkap ketidakberdayaan pencari kayu bakar ini. Uang sehari-hari yang diperoleh hanya dari bantuan tunai Program Keluarga Harapan (PKH) Rp 300.000 tiap bulan.

"Sehari-hari yang penting bisa makan sudah cukup," kata Basiran.

Baca juga: Cerita Jonathan Belajar Online, Jual Pempek demi Beli Kuota Internet

Di tengah semua himpitan itu, kata Basiran, beruntung ada saja dermawan yang membantu.

Setidaknya, berupa sayur. Sementara lauk kerap datang saat Hari Raya.

Kepala Sekolah SD Jetis, Siti mengungkapkan, ada dua siswa lain yang mengalami hal serupa, selain Devi.

Mereka hidup di medan sulit Menoreh. Sekolah memberi perhatian serius mereka, utamanya di masa Pandemi Covid-19.

Mulai dari guru yang beramai berkunjung untuk mengajar.

“Biasanya home visit dengan program kami dua minggu sekali. Tapi sementara ini ditunda sebentar,” kata Siti, Kepala Sekolah SD Jetis.

Baca juga: Kepsek SMK yang Siswanya Rampok Toko Emas: Ini Konsekuensi Belajar Online

Namun, bantuan sekolah tidak berhenti. Sekolah terus mengupayakan beasiswa untuk Devi dan anak-anak dari keluarga miskin serupa yang dirasa hidup sulit.

“Sebagai keluarga tidak mampu, kami usulkan beasiswa, supaya bisa tercover oleh Baznas. Alhamdulillah, kalau Devi ini banyak bantuan bagi dia,” kata Siti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com