Alasan ekonomi, lagi-lagi membuat mereka hanya mengandalkan obat warung, pil rematik menjadi andalan ketika penyakit Yohanes datang, demikian pula obat sakit kepala biasa menjadi konsumsi wajib saat Maria Lipat Lema mengeluhkan kondisi kepalanya.
"Kondisi kami seperti ini, bapak yang biasa cari kayu buat masak di hutan tidak bisa jalan kalau kambuh sakitnya, tidak ada kami mau anak kami tidak sekolah, tapi dari mana uangnya,"keluhnya.
Kebutuhan pangan mereka selama ini mengandalkan anak keduanya, Marianus Sanga Woni (20).
Marianus menuturkan, ia sedang mendapat pekerjaan sebagai kuli bangunan, pekerjaan ini juga tidak bisa diharapkan, saat ada kerja ia akan membawa pulang beras, garam atau bahan masakan lain, tapi ketika tidak dapat pekerjaan, ia pun kadang tak makan.
‘’Saya tidak sekolah, tidak pandai baca tulis, itu saja yang saya bisa, memang tidak menentu tapi halal, kalau ada kita bagi, kalau tidak, ya namanya tidak ada mau diapa?.’’katanya.
Sering tidak punya makanan
Selain kondisi rumah yang demikian memprihatinkan, bangunan sekecil itu dengan dihuni 7 orang tentu sangat sesak.
Keluarga ini tidak pernah punya tabung gas LPG dan kompor, mereka hanya memasak menggunakan kayu bakar, dan seringkali hanya merebus dedaunan untuk dimakan.
Seperti saat KOMPAS.com mengunjungi rumah keluarga ini, terlihat bara kayu bakar masih mengepul bekas merebus daun singkong, asap dari tungku membuat seisi rumah dipenuhi asap dan mengganggu pernapasan.
‘’Kadang kami enggak makan karena memang tidak ada uang, tetangga kadang kasih nasi, kita makan sama sama,’’lanjutnya terisak sesekali mengusap matanya yang basah.
Baca juga: Tak Lolos PPDB Jakarta, Pelajar Peraih Ratusan Penghargaan Akhirnya Putus Sekolah
Dari 5 orang anak, termasuk si bungsu Maria Dellya (7) yang masih menempati rumah seng tersebut, hanya Mariana dan Emanuel yang bersekolah.
Mereka masih semangat meski setiap hari harus berjalan kaki ke sekolah.
Mereka berharap bisa segera bekerja ketika lulus sekolah.
Emanuel yang duduk di bangku kelas X SMKN I Nunukan berharap bisa segera lulus dan bekerja.
Begitu juga Mariana, yang masih duduk di bangku kelas IX SMP PGRI Nunukan, ia ingin masuk SMKN I Nunukan dan mengikuti jejak abangnya.
‘’Saya ingin kerja, bantu oran tua, saya ingin kami punya rumah dan bisa tenang tanpa harus kehujanan dan sakit orangtua tidak bertambah parah,’’kata Mariana.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.