Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keraton Yogyakarta Ragu dengan Jumlah Emas Diklaim Trah HB II Telah Dijarah Inggris

Kompas.com - 03/08/2020, 20:41 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com- Pernyataan keluarga atau trah Hamengkubuwono II (HB II) yang menginginkan pengembalian emas dan manuskrip mendapatkan tanggapan dari Keraton Yogyakarta.

Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan Nitya Budaya Keraton Yogyakarta, Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Prabukusumo ragu saat penjarahan terjadi sudah ada tambang yang bisa memproduksi 57 ton emas.

"Emas Sebanyak itu, masa tidak sedikitpun diparingkan (diberikan), ke putra-putranya?" kata Prabukusumo saat dihubungi, Senin (3/8/2020).

Baca juga: Luruskan Sejarah, Keluarga HB II Tuntut Pemerintah Inggris Minta Maaf dan Kembalikan Rampasan Perang Sepehi

Keraguan Prabukusumo juga didasarkan dengan catatan sejarah bahwa bentuk Keraton Yogyakarta pada masa HB II belum mewah.

Istana Sultan Yogyakarta itu malah baru dibangun menjadi lebih megah pada masa HB VII dan HB VIII.

"Saya harus melihat dengan logika kalau kita memiliki uang berlebihan mungkin rumah kita bikin seperti istana, lantai marmer semua bahan dengan mewah," kata Prabukusumo yang merupakan adik dari Gubernur DIY HB X.

Prabukusumo juga memperingatkan keluarga HB II agar tuntutan agar Pemerintah Inggris mengembalikan hasil jarahan saat Perang Sepehi, didasarkan bukti.

"Kalau bukti tidak ada maka kena pencemaran nama baik," ujarnya.

Baca juga: Keluarga HB II Tuntut Pemerintah Inggris Minta Maaf dan Kembalikan Emas Jarahan

Lebih lanjut, Prabukusumo juga meminta masyarakat yang menguasai manuskrip milik Keraton Yogyakarta agar mengembalikannya.

Dia memastikan manuskrip atau pusaka dari Keraton Yogyakarta yang dikuasai masyarakat tidak didapat dengan cara benar.

"Siapapun yang memiliki benda atau manuskrip dari Keraton wajib mengembalikan. Saya mengimbau kepada siapapun apalah yang masih trah HB, abdi dalem, dan petinggi-petinggi zaman dulu, untuk mengembalikan," ujarnya.

 

Lukisan wajah Sri Sultan Hamengkubuwono II. Lukisan wajah Sri Sultan Hamengkubuwono II.
Menurut Prabukusumo, pada masa lalu masih ada manuskrip Keraton Yogyakarta yang dipinjamkan.

Namun, setelah benda-benda kuno itu dikelolanya, peminjaman barang-barang itu dihentikan.

Sebelumnya diberitakan, keturunan atau trah Raja Keraton Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono (HB) II menuntut permintaan maaf dan pengembalian harta jarahan selama Perang Sepehi dari Pemerintah Inggris.

Baca juga: Sultan Kasepuhan Cirebon Wafat, Ridwan Kamil: Beliau Berkontribusi Besar bagi Jabar dan Cirebon

Tuntutan permintaan maaf itu disuarakan untuk meluruskan sejarah soal Perang Sepehi yang terjadi pada Juni 1812 dan pengembalian harta rampasan.

Sebanyak 57.000 ton emas yang dirampas dari Keraton Yogyakarta saat perang terjadi turut diminta untuk dikembalikan.

"Geger Sepehi proses penyerangan perampasan Inggris dengan berbagai kelompok, di situ terjadi peperangan yang terjadi dampak yang tidak diinginkan, seperti perampasan dokumen manuskrip, karya sastra, hingga perhiasan," kata perwakilan trah HB II, Fajar Bagus, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (28/7/2020).

Menurut Fajar, sudah ada upaya untuk mendata hasil jarahan Perang Sepehi yang tersebar di Inggris dan Eropa selama satu tahun terakhir.

Pada 2018 dan 2019, dia menyebutkan, ada beberapa manuskrip yang dikembalikan.

Baca juga: Ini Penyebab Kematian Sultan Kasepuhan Cirebon

Fajar mengatakan, tuntutan pengembalian hasil jarahan oleh Pemerintah Inggris, termasuk ribuan ton emas, bukan tujuan utama keluarganya.

Keturunan HB II hanya ingin ada pelurusan sejarah soal Perang Sepehi, sehingga Raja Keraton Yogyakarta itu bisa diajukan menjadi Pahlawan Nasional.

"Intinya Geger Sepehi bukan peristiwa penaklukan, tetapi sebuah usaha secara masif dan barbar dibuat seolah-olah penaklukan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com