Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Perbukitan Gunungkidul yang Sering Kekeringan, Surip Kembangkan Ternak Ikan Gupi

Kompas.com - 03/08/2020, 13:23 WIB
Markus Yuwono,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

 

Namun, cobaan masih menerpa usaha Surip. Saat hujan deras terjadi, ikan miliknya hilang karena kolam terpalnya jebol.

"Saya sampai tiga tahun tanpa hasil apapun mas, tetapi tekad tetap bulat untuk melanjutkan budi daya ikan gupi," ucap Surip saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon Minggu (2/8/2020).

Setelah itu dia kembali membeli gupi hasil menjual perhiasan istrinya.

Cibiran dari tetangga terus dialaminya. Mulai muncul pertanyaan di mana hasil ikan gupi, bagaimana perkembangannya, apakah bisa budi daya, terus saja terngiang di telinganya.

Baca juga: Ternyata, Ikan Gupi Juga Punya Kepribadian seperti Manusia

Kedua orangtuanya pun sempat menanyakan kesungguhan untuk menjadi pembudi daya gupi. 

Proses budi daya dipelajarinya secara otodidak, dan belajar dari temannya yang kebetulan lulusan dari Politeknik Perikanan.

Selebihnya, belajar lewat tutorial dari internet.

Berbekal pelatihan dari Disperindag Gunungkidul, Surip dan teman-temannya memberanikan diri melakukan pemasaran di dalam hingga luar negeri.

Pemasaran dilakukan secara online dan offline.

Saat ini, Surip tergabung dalam dalam kelompok pembudi daya ikan hias Rezeki Langit yang anggotanya adalah pemuda dari empat padukuhan di Kalurahan Tegalrejo, Gunungkidul.

Kelompok ini memasarkan hasil budi daya ikan hiasnya menembus pasar Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, China, hingga Amerika Serikat.

Baca juga: Pasien Positif Corona 90 Persen Pelaku Perjalanan, Wabup Gunungkidul Imbau Warga Tak Keluar DIY

Harga online dipatok mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 1.000.000 untuk sepasang ikan, bergantung pada jenis dan variasi warna.

Untuk yang tidak laku di pasaran online dia jual ke lokal seperti Gunungkidul, Klaten, Solo, dan Wonogiri.

Ada 15 jenis ikan gupi yang dikembangkan. 

"Sekarang reseller-nya bertambah karena banyak pelajar yang belajar di rumah punya hp android, total jika ditambah kelompok inti ada 17 orang," ucap Surip.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com