Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

70 Persen Siswa di Gunungkidul Kesulitan Akses Internet

Kompas.com - 28/07/2020, 14:19 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta mencatat, 70 persen siswa sekolah dasar (SD) mengalami kendala internet ataupun peralatan untuk mengakses program belajar di rumah (BDR).

Sejumlah guru diperbolehkan mendatangi siswa atau mengundang siswa datang ke sekolah.

"Total ada sekitar 70 persen siswa SD di Gunungkidul sulit mengakses internet dari titik rumahnya karena keterbatasan akses internet, tidak punya laptop, atau tidak memiliki HP," kata Kepala Disdikpora Gunungkidul Bahron Rasyid saat dihubungi Kompas.com, melalui sambungan telepon, Selasa (28/7/2020).

Baca juga: Masih Ada Siswa yang Sulit Akses Internet, Pemkot Yogya Siapkan Guru Kunjung

Dijelaskan, kesulitan itu terletak di titik rumah masing-masing sementara untuk sekolah hampir semua sekolah sudah bisa mengakses internet.

Untuk itu, pihaknya memberikan kesempatan di sekolah tertentu untuk bisa mendatangkan siswanya seminggu sekali agar gurunya bisa memberikan tugas.

Pihaknya berharap dengan metode ini para siswa tetap bisa memperoleh pelajaran di masa pandemi.

"Tetapi tetap menjaga protokol kesehatan, sekolah tertentu boleh mendatangkan siswa tetapi dibagi jumlahnya dan tidak bergerombol," ucap Bahron.

Baca juga: Tak Punya Smartphone, Siswa SMP Ini Tetap Bersekolah meski Sendirian di Kelas

Sementara, salah seorang guru di SDN Slametan, Kalurahan Kelor, Kepanewonan Karangmojo, Anika Kurniawati mengatakan, dirinya atas koordinasi dengan kepala sekolah dan wali murid dirinya mendatangi anak didiknya setiap seminggu sekali pada hari Sabtu.

Sebanyak 14 murid kelas 1 SD seminggu sekali belajar bersama. Mereka dibagi menjadi 3 kelompok untuk datang ke salah satu rumah orangtua siswa.

Namun demikian, pelajaran yang diberikan bukan karena keterbatasan akses internet namun karena ingin melihat secara langsung anak didiknya belajar. Apalagi siswa kelas 1 merupakan siswa transisi dari TK ke sekolah dasar, diperlukan pemahaman ekstra agar bisa memahami pejaran.

"Kalau pelajaran tatap muka bisa mengetahui secara langsung perkembangannya seperti apa, kalau menggunakan HP kita tidak mengetahui tulisan yang dikirimkan benar-benar dari siswa atau milik orangtuanya," ucap Anika.

Selama tahun ajaran baru 2020/202, Anika sudah dua kali mendatangi anak didiknya. Perempuan yang sudah 17 tahun mengajar ini mengakui jika kunjungan ke rumah siswa bisa meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan melalui gawai.

"Saya bisa dengan jelas melihat progres masing-masing siswa baik sisi kemampuan menulis, membaca maupun berhitung," ucap Anika. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com