Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Stefanus Sai, Penyandang Disabilitas yang Buka Bengkel Motor untuk Menghidupi Keluarga

Kompas.com - 13/07/2020, 10:49 WIB
Nansianus Taris,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

BORONG, KOMPAS.com - Di mana ada kemauan, pasti ada jalan. 

Kalimat bijak inilah yang menjadi prinsip hidup Stefanus Sai (33). 

Pria yang kerap disapa Evan itu adalah penyandang disabilitas asal Kampung Ketang, Desa Golo Tolang, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, NTT. 

Meski kondisi fisiknya yakni kaki tidak tumbuh normal, Evan tetap berjuang keras untuk menjadi bisa jadi mekanik motor dan membuka bengkel sendiri. Itulah mimpinya sejak dulu. 

Evan menceritakan, ia bisa memperbaiki motor dari belajar autodidak di dusun kecilnya. Evan pun terus mengasah potensi dalam dirinya tersebut. 

Baca juga: 5 Dokter Meninggal dalam Sehari di Jatim, 3 karena Covid-19, 2 Penyakit Lain

Tahun 2015 silam, Evan mendapatkan informasi, Kementerian Sosial RI membuka pelatihan mekanik bagi para penyandang disabilitas. Evan pun memberanikan diri mendaftar. 

Hingga akhirnya, ia menjadi salah satu penyandang disabilitas dari Manggarai Timur yang diutus mengikuti pelatihan mekanik di Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) di Cibinong, Bogor. 

Di sana, keterampilan Evan dan peserta lain diasah.

Di tempat pelatihan, mereka belajar langsung praktik yakni bagaimana mengetahui dan memperbaiki kerusakan kerusakan pada mesin. Banyak hal yang dipelajari di sana. 

Setelah setahun, belajar mekanik di Cibinong, Bogor, Evan pun boleh dibilang sudah jadi mekanik yang terampil. 

Tahun 2016, Evan pulang ke tanah kelahirannya di Manggarai Timur.

Bermodalkan keterampilan yang cukup dari tempat pelatihan, ia memberanikan diri lamar kerja di bengkel motor yang ada di kota Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur. 

Dari tahun 2016 hingga 2019, ia bekerja di bengkel di Borong melayani banyak konsumen. Ia pun merasa bangga dengan pencapaiannya hingga pada titik itu.

Evan menuturkan, awal tahun 2020, ia memilih berhenti kerja di bengkel yang ada di Borong.

Tentu dengan 1 alasan yakni ingin buka bengkel sendiri. Karena itulah mimpi Evan sejak dahulu kala. 

Evan memutuskan buka bengkel di kampung halamanya itu. Ia memulainya dari membangun bangun darurat berukuran 2x3. Setelah itu, ia membeli kompresor.

Baca juga: Balita Ini Kena Tumor yang Menutup Separuh Wajah, Butuh Biaya Berobat 

Semuanya itu, ia beli pakai modal yang diperoleh selama kerja 3 tahun di Borong.

Rumah dan kompresor sudah ada, tetapi onderdil belum ada. Modal untuk membeli alat-alat motor sudah habis. 

Evan pun tidak kehilangan cara. Dengan mengantongi uang sejumlah Rp 500.000, ia memberanikan diri bertemu mantan bosnya di Borong. 

Kepada bosnya, Evan menceritakan ingin membuka bengkel dan kendala tidak bisa membeli alat-alat. 

"Puji Tuhan, bos paham dengan keadaan saya. Saya hanya beri uang Rp 500.000 ke dia. Selebihnya, alat-alat dia percayakan saya untuk pakai. Alat-alatnya banyak," ungkap Evan, kepada Kompas.com, Minggu (12/7/2020).

"Di situ saya benar-benar mengerti hidup itu harus berani. Asal kita mau saja. Saya selalu berprinsip, di mana ada kemauan, pasti ada jalan," sambung dia. 

Evan mengatakan, bangunan dan alat-alat sudah lengkap, bengkel miliknya itu pum mulai beroperasi sejak Maret 2020. 

Sempat dicibir orang

Awal ia merintis usaha bengkel itu sempat mendapat cibiran orang. Banyak yang meragukan, keterbatasan fisiknya tidak mungkin bisa membuka bengkel motor. 

Evan sama sekali tidak peduli dengan omongan orang tentang dirinya.

Ia membalas cibiran mereka dengan terus bekerja untuk membuktikan dirinya bisa, bukan manusia tidak berdaya seperti anggapan orang umumnya.

Lima bulan operasinya bengkel itu, Evan melayani pasien dengan sungguh hati. Banyak konsumen yang datang memperbaiki motor di bengkel milik Evan. 

Setiap hari, bengkel itu selalu ada pelanggan. Ada yang ganti tambal ban, ganti oli, kampas rem, dan servis lampu.

Baca juga: Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba di Masa Pandemi, Tengah Malam Siswa Bangun dan Minta Belajar (1)

Untuk yang servis mesin, biasa dalam 2 minggu ada 1 motor. 

"Puji Tuhan, setiap hari selalu ada pelanggan. Penghasilan per hari bisa sampai Rp 100.000," tutur Evan. 

Penghasilan dari usaha bengkel itu sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 

Namun, uang hasil kerjanya terbagi untuk makan dan beli tambah perlengkapan bengkel.

Kendala dana 

Evan menyebutkan, saat ini dirinya alami kendala di dana untuk membeli onderdil.

Ia menginginkan bengkel itu memiliki alat-alat lengkap agar warga tidak perlu ke kota memperbaiki motor.

"Banyak yang masih kurang di sini. Selama ini, saat ada motor yang macet di bagian mesinnya, saya terpaksa beli eceran di toko. Kalau ada modalkan bisa beli grosir. Sehingga, tidak perlu buru-buru lagi lari ke kota beli alat saat ada butuh," ujar Evan. 

Evan berharap, kepada pemerintah desa maupun kabupaten agar bisa memperhatikan usaha bengkelnya itu, khususnya di modal.

Baca juga: Kisah Yohana Mengajar Anak Rimba, Ikut Pindah-pindah Tempat demi Dekat Siswa (2)

Apalagi, ia telah mengikuti pelatihan mekanik yang dibiayai pemerintah. 

Evan menuturkan, saat pulang pelatihan dari Cibinong, Bogor, sempat terselip harapan, pemerintah akan memberi modal untuk buka usaha bengkel motor. 

"Saya sempat tanya di Bogor terkait tindak lanjut pemerintah terhadap pelatihan itu. Mereka jawab, itu kembali ke daerah masing-masing. Sampai di Borong, saya sempat tanya ke Dinsos, jawabnya, tidak ada bantuan modal untuk usaha bengkel bagi penyandang disabilitas," ujar Evan.

"Semoga dengan ada berita di media, pemerintah bisa buka mata untuk kami penyandang disabilitas," sambung Evan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com