JAMBI, KOMPAS.com – Petugas medis di luar hutan bekerja terkurung alat pelindung diri (APD) yang bikin gerah dan dehidrasi. Sebaliknya, petugas medis yang berada dalam hutan bekerja dikurung aturan adat yang ketat.
Selama pandemi Covid-19, perempuan berdarah Jawa bernama Maria Kristiana Norad keluar masuk hutan untuk melakukan pengobatan.
Dia pergi ke Bukit Beringing, lalu Pemenang, kemudian Tanjung Sarolangun, masuk ke pedalaman Bukit Tigapuluh dan terakhir di Sungai Terab, kawasan Bukit Duabelas.
“Aturan adat mereka (Orang Rimba) ketat. Karena takut corona, mereka masuk jauh ke dalam hutan dan menerapkan karantina wilayah (besesandingon) dan social distancing (Sesalungon) serta isolasi mandiri (cemenggo),” kata Maria Norad selaku Fasilitator Kesehatan KKI Warsi kepada Kompas.com, Rabu (8/7/2020).
Baca juga: Kisah Maria Sang Dokter Rimba, Sempat Dianggap Melawan Kepercayaan Suku Pedalaman Jambi (2)
Sampai sekarang sudah empat bulan orang rimba melakukan karantina wilayah atau besesandingon.
Dalam interaksi sesama Orang Rimba pun mereka menjaga jarak (sesalungon). Bahkan ketika ada yang sakit, sambung Maria misalnya demam disertai batuk, mereka langsung melakukan isolasi mandiri.
Keluarga Orang Rimba yang sakit itu dijauhkan dari komunitas. Dia diungsikan ke sebuah sudong atau tempat tinggal beratap terpal dengan lantai kayu.
“Mereka pun melarang saya menemuinya. Jadi saya harus jelaskan dulu ke mereka, bahwa tidak semua batuk dan demam itu berkaitan dengan korona,” sebut Maria lagi.
Baca juga: Kisah Dosen ITB Bikin Ventilator Indonesia, Rela Dicibir, Tidur di Masjid, hingga Dapat Dana Rp 10 M
Aturan adat yang kuat, sambung Maria memang menghambat pelayanan kesehatan kepada mereka. Setiap ingin masuk dan melakukan pengobatan rutin kepada mereka, kita harus meyakinkan mereka, kalau kita aman dan tidak pernah keluar Jambi selama pandemi.
Selain aturan adat, jarak juga menjadi kendala. Keberadaan Orang Rimba saat pandemi jauh di dalam hutan. Orang Rimba melakukan itu, untuk menghindari interaksi dengan orang luar yang tak dikenal.
Untuk berinteraksi dengan mereka, kata Maria tidak ada kendala. Pasalnya sebagian besar Orang Rimba telah mengganggap kami keluarga. Sebab Maria telah menjalin hubungan dengan Orang Rimba sejak September 2015 lalu.
Baca juga: Kisah Maria Sang Dokter Rimba, Ambil Alih Tugas Dukun Hantu Pedalaman Jambi (3)
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.