Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tawa Lepas 2 Gadis Cilik di Tengah Kepungan Banjir di Kotawaringin Barat

Kompas.com - 05/07/2020, 19:30 WIB
Kontributor Pangkalan Bun, Dewantara,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Dua desa terdampak banjir paling parah

Rungun dan Kondang adalah dua desa terdampak banjir paling parah. Hampir semua rumah di desa ini terendam air dengan ketinggian bervariasi. Yang paling parah terendam hingga ketinggian 150 centimeter.

Banjir akibat naiknya debit air Sungai Lamandau ini terjadi sudah hampir selama dua pekan terakhir. Kepala Desa Rungun Gusti Mawardi menyebut banjir kali ini adalah yang terparah setelah bertahun-tahun berlalu.

"Seingat saya baru tahun ini banjir yang benar-benar sampai merendam rumah. Biasanya hanya semata kaki. Jalanan tidak sampai tenggelam," kata Mawardi seraya mengingat-ingat. "Mungkin yang terakhir banjir (tahun) 2007 lalu," imbuhnya.

Secara administratif, Kotawaringin Lama adalah satu dari enam kecamatan di Kabupaten Kobar yang terdiri atas 15 desa dan dua kelurahan.

Sepuluh desa berada di dataran tinggi dan relatif aman dari banjir. Lokasinya berurutan ke arah barat menuju Kabupaten Sukamara.

Lima desa jadi langganan banjir

 

Sedangkan kelima desa dan kelurahan yang kerap dilanda banjir membujur ke arah utara menuju hulu Sungai Lamandau yang berada di Kabupaten Lamandau.

Di kecamatan yang menjadi tempat awal mula berdirinya Kesultanan Kutaringin ini beroperasi sejumlah perusahaan besar swasta (PBS) yang bergerak di bidang kelapa sawit.

Akibat banjir yang melanda saat ini, warga kesulitan keluar masuk desa. Sebab, jalan poros penghubung antardesa terendam. Jika biasanya jalanan dilalui kendaraan roda dua hingga roda enam, kini hanya bisa dilewati perahu mesin tempel yang biasa disebut masyarakat setempat getek.

Warga harus menggunakan getek sejauh kurang lebih satu setengah kilometer ke dataran agak tinggi, tempat kendaraan seperti sepeda motor dan mobil diparkir untuk dapat menempuh jalur darat.

"Kalau untuk pasokan kebutuhan pokok memang belum terganggu, karena masih bisa keluar masuk desa. Hanya saja, ongkos yang dikeluarkan pasti lebih besar," ungkapnya, Sabtu (4/7/2020) malam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com