Hendrika Mayora menceritakan perjalanannya bisa duduk di kursi anggota BPD. Semua bermula saat dirinya pulang ke kampung halaman pada 2019.
Di kampung halaman, Hendrika Mayora mengikuti berbagai kegiatan komunitas, seperti perkumpulan umat Katolik dan kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).
Ia mengikuti kegiatan rohani dan membimbing anak-anak Desa Habi dalam kegiatan sekolah Minggu.
Sebagai anggota PKK, ia melayani masyarakat dalam kegiatan posyandu. Ia juga membantu ibu-ibu yang hendak bersalin dan memantau kesehatan balita.
Hendrika Mayora juga aktif menyosialisasikan pola asuh anak kepada keluarga di Desa Habi.
Aktivitas itu membuat dirinya ditunjuk sebagai koordinator wilayah PKK Kecamatan Kangae.
Baca juga: Hendrika Mayora, Transpuan yang Aktif di Lingkungan Sampai Diminta Warga Jadi Pejabat Desa
"Ketika ada nikah massal di komunitas, saya selalu terlibat yakni mengurus dekorasi, mengatur acara, dan ada pula yang memasak. Setiap ada upacara, saya usahakan, kawan-kawan transpuan terlibat," kata Hendrika Mayora.
Diminta warga
Melihat Mayora selalu terlibat dalam kegiatan komunitas Desa Habi, warga sekitar memintanya maju menjadi calon anggota BPD.
Sebagian besar permintaan itu datang dari kaum ibu-ibu. Hendrika Mayora menerima permintaan itu dengan syarat.
"Jika warga menginginkan saya yang status transpuan ini bekerja untuk umum, ya pasti bersedia. Syaratnya, saya maju, tetapi tidak meninggalkan identitas sebagai transpuan," kata dia.
Setelah memutuskan maju, Hendrika Mayora mulai menyosialisasikan program kepada warga setempat.
Warga sekitar juga membantunya agar mendapatkan dukungan dan terpilih. Semua itu dilakukan dalam waktu seminggu menjelang pemilihan.