Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Hendrika Mayora Maju Jadi Pejabat Desa, Ingin Membantu Kaum Minoritas

Kompas.com - 25/06/2020, 05:50 WIB
Dheri Agriesta

Editor

KOMPAS.com - Hendrika Mayora Victory, merupakan transpuan pertama di Indonesia yang menjabat sebagai pejabat publik.

Hendrika Mayora, sapaan akrabnya, menjabat sebagai anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ia bangga terpilih sebagai anggota BPD. Ia terpilih setelah unggul dari lima kandidat lain yang seluruhnya laki-laki.

Baginya, BPD memiliki peran dan fungsi strategis dalam mengontrol pemerintahan desa.

Sebab, BPD bertugas menyusun kebijakan seperti peraturan desa. Hal ini menjadi salah satu alasan Hendrika Mayora menerima tawaran masyarakat Desa Habi untuk maju sebagai calon anggota BPD.

Transpuan ini ingin membuat kebijakan yang bisa membantu kaum minoritas.

"Ini salah satu motivasi saya maju jadi BPD, saya bisa membuat kebijakan tentang kaum minoritas seperti kaum disabilitas dan papa yang diabaikan," kata Hendrika Mayora saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Baca juga: Kisah Saeful, Nikahi 2 Kekasihnya Setelah Pacaran 2 Bulan, Dituduh Pakai Jampi

Selain itu, Hendrika Mayora ingin mendorong pembentukan peraturan desa tentang lembaga adat dan masyarakat sadar hukum.

Hal itu, kata dia, tak bisa dilakukan jika masih berada di luar sistem.

"Kalau ngomong dari luar tentu susah, sekarang sudah jadi BPD, saya bisa menyuarakan suara mereka yang selama ini tidak diperhatikan karena kebijakan," kata transpuan pertama yang jadi pejabat publik di Indonesia itu.

Hendrika Mayora berterima kasih kepada masyarakat Desa Hebi yang percaya pada kemampuannya.

"Terima kasih masyarakat Desa Habi khususnya ibu-ibu yang sudah memercayakan saya menjadi anggota BPD. Saya akan kerja semaksimal mungkin untuk kita semua," kata Hendrika Mayora.

 

Hendrika Mayora menceritakan perjalanannya bisa duduk di kursi anggota BPD. Semua bermula saat dirinya pulang ke kampung halaman pada 2019.

Di kampung halaman, Hendrika Mayora mengikuti berbagai kegiatan komunitas, seperti perkumpulan umat Katolik dan kelompok pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).

Ia mengikuti kegiatan rohani dan membimbing anak-anak Desa Habi dalam kegiatan sekolah Minggu.

Sebagai anggota PKK, ia melayani masyarakat dalam kegiatan posyandu. Ia juga membantu ibu-ibu yang hendak bersalin dan memantau kesehatan balita.

Hendrika Mayora juga aktif menyosialisasikan pola asuh anak kepada keluarga di Desa Habi.

Aktivitas itu membuat dirinya ditunjuk sebagai koordinator wilayah PKK Kecamatan Kangae.

Baca juga: Hendrika Mayora, Transpuan yang Aktif di Lingkungan Sampai Diminta Warga Jadi Pejabat Desa

"Ketika ada nikah massal di komunitas, saya selalu terlibat yakni mengurus dekorasi, mengatur acara, dan ada pula yang memasak. Setiap ada upacara, saya usahakan, kawan-kawan transpuan terlibat," kata Hendrika Mayora.

Diminta warga

Melihat Mayora selalu terlibat dalam kegiatan komunitas Desa Habi, warga sekitar memintanya maju menjadi calon anggota BPD.

Sebagian besar permintaan itu datang dari kaum ibu-ibu. Hendrika Mayora menerima permintaan itu dengan syarat.

"Jika warga menginginkan saya yang status transpuan ini bekerja untuk umum, ya pasti bersedia. Syaratnya, saya maju, tetapi tidak meninggalkan identitas sebagai transpuan," kata dia.

Setelah memutuskan maju, Hendrika Mayora mulai menyosialisasikan program kepada warga setempat.

Warga sekitar juga membantunya agar mendapatkan dukungan dan terpilih. Semua itu dilakukan dalam waktu seminggu menjelang pemilihan.

 

Tak disangka, transpuan itu mendapatkan suara terbanyak dalam pemilihan yang digelar Senin (16/3/2020).

"Puji Tuhan, saya terpilih dan mendapatkan suara terbanyak. Tentu ini momen yang istimewa bagi saya. Tidak disangka, seorang transpuan terpilih menjadi anggota BPD," kata Hendrika Mayora.

Tetap bersolek

Tak ada yang berubah dari Hendrika Mayora setelah menjabat sebagai anggota BPD. Ia tetap bersolek seperti biasa saat berangkat kerja.

"Saya ke kantor masih bersolek, pakai lipstik seperti biasa, dan itu tidak jadi masalah," kata dia.

Baca juga: Untung, Pria Disabilitas yang Menikahi Dewi, 4 Hari Jadian Langsung Ajak Nikah

Awalnya, beberapa orang memintanya mengubah penampilan layaknya pria.

"Tapi saya bilang, saya sudah selesai dengan identitas, itu kan saya tegaskan dari awal. Saya memang transpuan, saya mencintai hidup sebagai transpuan," kata Hendrika Mayora.

Seiring berjalan waktu, masyarakat dan rekan kantornya menerima dirinya apa adanya. 

Bahkan, Hendrika Mayora tampil anggun ketika menerima kunjungan Bupati Sikka Fransiskus Robertus Diogo.

"Saya nama asli Hendrikus Kelan. Ada warga yang panggil saya Hendrikus. Untuk nama, saya juga tidak soal. Asalkan jangan paksa saya untuk jadi pria atau wanita. Saya tetap seorang transpuan," jelas Hendrika Mayora.

(Penulis: Kontributor Maumere, Nansianus Taris)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com