Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aneh, Rumah Kosong Kok Tagihan Listriknya Sampai Rp 700.000..."

Kompas.com - 19/06/2020, 06:21 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

Jangan hanya salahkan petugas cater

Menurut Fuad, PLN membuang bola panas kepada petugas pencatat meteran (cater) yang disebut tak bekerja karena pemberlakuan kebijakan protokol kesehatan Covid-19 untuk menghindari penularan.

Namun untuk kasus Fuad, PLN tidak menyalahkan petugas cater. Pasalnya, meteran listrik rumahnya gampang dijangkau dan dilihat, rumahnya tanpa pagar dan berada di komplek terbuka. 

"Gak susahlah nengok meteran kami. Makanya untuk kasus kami, mereka mengaku salah tulis. Waktu kita tunjukkan bukti-bukti, mereka tidak bisa jawab. Langsung bilang akan dikurangi, disuruh jangan bayar dulu, tunggu dua hari berubah tagihan. Pas kami cek kemarin sore secara online, memang sudah berubah," ucapnya tertawa. 

Artinya, sambung pria ramah ini, tagihan listrik yang dilakukan PLN perlu penjelasan dan pertanggungjawaban apakah memang berdasarkan pemakaian konsumen atau hasil asumsi dan rekayasa.

Baca juga: Menyoal Kenaikan Tarif Listrik, Tagihan Melonjak meski Penggunaan Berkurang dan Penjelasan Direktur PLN

Perlu transparansi penghitungan tagihan, jangan dimainkan...

Diperlukan transparansi penghitungan tagihan, kalau bisa dilakukan pengecekan dari kantor, tak perlu lagi bergantung kepada petugas pencatat meteran. Atau petugas pencatat meteran datang ke rumah warga hanya untuk memverifikasi saja.

Dia mengingat, kasus membengkaknya tagihan listrik bukan pertama kali dialami. Sebelumnya, tagihannya membengkak sampai Rp 2 juta lebih.

Saat itu, petugas meteran tidak datang memeriksa rekening, hanya menduga-duga kemudian mengakumulasikan tagihan ke bulan berikutnya. Meski pembayarannya bisa dicicil, semua pelanggan tetap merasa keberatan.

Baca juga: Murid Belajar di Rumah, Tagihan Listrik Sekolah Ini Malah Melonjak

"Kalau memang bisa dicek langsung secara online, tagihkan saja setiap bulan, jangan diakumulasikan. Saya cuma menuntut, ada kejelasan tagihan dari PLN," katanya.

"Masalah arus listrik sering mati, sudah terbiasa kita orang Medan, ya kan... Tapi jangan tagihan juga dimainin, bayangkan kalau semalam kita tidak komplain, berarti ada kebohongan publik," lanjutnya. 

"Jangan begitu, ini perusahaan publik yang memonopoli listrik, jangan sampai ada tuntutan liberalisasi listrik, ya kan..." katanya sambil menutup pembicaraan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com