Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aneh, Rumah Kosong Kok Tagihan Listriknya Sampai Rp 700.000..."

Kompas.com - 19/06/2020, 06:21 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

PLN: Konsumsi listrik naik, janji beri diskon 40 persen

Senior Manager Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumut Chairuddin saat bertemu Wakil Gubernur Sumut Musa Rajekshah pascagejolak di masyarakat akibat tagihan listrik yang membengkak memastikan, tidak ada kebijakan menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL). Kenaikan diakibatkan dampak Covid-19 yang mengharuskan menjaga jarak dan bekerja dari rumah, terhitung mulai Maret 2020. 

"Aktivitas di rumah inilah yang banyak mengkonsumsi listrik, terjadilah pemakaian di atas normal,” kata Chairuddin.

Namun yang paling membuat tagihan bertambah adalah petugas cater yang tidak turun ke lapangan selama pemberlakuan kebijakan protokol kesehatan untuk menghindari penularan virus corona.

Baca juga: Kisah Teguh dan Tagihan Listrik Rp 20 Juta, Awalnya Kecewa, Berakhir Rela

 

PLN lalu melakukan penghitungan rata-rata sebelum petugas kembali mencatat angka stand meter data pelanggan Mei 2020.

“Saat dilakukan pembacaan meteran, terjadi selisih dari pemakaian rata-rata yang selama ini masyarakat alami. Seolah-olah mereka merasa memakai seperti biasa. Ditambah lagi, Mei kita masuk Ramadhan, konsumsi listrik lebih banyak, ini yang menjadi lonjakan,” ucapnya.

Listrik itu sensitif, jangan bohong ke warga

Sebagai langkah untuk menyikapi banyaknya keberatan masyarakat, PLN memberikan keringanan dengan membayar tagihan di Juni sebesar 40 persen dari selisih pemakaian, ditambah pemakaian Mei.

Kemudian untuk 60 persen sisa selisih bisa dicicil selama tiga bulan. Dia mengimbau masyarakat untuk memeriksa rekening listriknya dan kalau merasa keberatan, silakan mendatangi kantor PLN terdekat untuk mendapat penjelasan secara transparan. Termasuk soal hitungan-hitungannya.

Baca juga: Penjelasan Gubernur Riau dan PLN soal Lonjakan Tagihan Listrik Warga

Sementara Musa, hanya memastikan apakah PLN sebelum timbulnya gejolak sudah melakukan sosialisasi, memberikan pemahaman yang bisa diterima masyarakat.

Tanpa sosialisasi, bisa memunculkan spekulasi atau pendapat-pendapat berbeda yang berpotensi menimbulkan keresahan dan protes. Sebab, bisa saja ada asumsi dari pelanggan kalau dirinya dibohongi.

"Kita tahu, masalah listrik itu sensitif. Apalagi sedang musibah saat ini, semuanya semakin sensitif karena ekonomi terganggu,” kata Musa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com