Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PSBB Surabaya Raya Belum Layak Diakhiri, Ini Alasan Ahli Epidemiologi

Kompas.com - 08/06/2020, 22:13 WIB
Ghinan Salman,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Ahli epidemiologi Universitas Airlangga Windhu Purnomo mengatakan, tiga wilayah di Surabaya Raya belum layak mengakhiri penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Windhu menilai penerapan PSBB Surabaya Raya belum efektif menekan penyebaran Covid-19 meski telah diperpanjang sebanyak tiga kali.

Pakar epidemiologi itu khawatir jumlah kasus positif Covid-19 di tiga wilayah itu akan melonjak saat memasuki masa transisi menuju fase new normal.

 

"Tidak diperlonggar saja, sekarang ini sudah kayak gini. Kalau dibongkar (dilonggarkan) tambah enggak karuan (berantakan)," kata Windhu saat dihubungi di Surabaya, Senin (8/6/2020).

Berdasarkan riset yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair, masyarakat di tiga wilayah Surabaya Raya dinilai tak peduli dengan protokol kesehatan.

Baca juga: Usul PSBB Tak Diperpanjang, Risma: Saya Mohon Bu, Banyak Warga Mengeluh Susah Cari Nafkah

"Perilaku masyarakat kita ini, soal pakai masker, social distancing, itu bukan makin baik, tapi makin memburuk," kata Windhu.

Padahal, masyarakat di Surabaya Raya cukup disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan sebelum penerapan PSBB.

Mereka melakukan anjuran pemerintah untuk memakai masker dan menjaga jarak saat berada di luar rumah.

Namun, saat kasus Covid-19 di Surabaya Raya melonjak, masyarakat justru acuh.

"Tapi di tengah PSBB, malah lebih banyak yang tidak memakai masker. Pedagang (pasar) itu banyak yang tidak memakai masker. Ada yang bilang tidak nyaman, mengganggu, belum lagi yang soal cuci tangan kemudian jaga jarak," ujar Windhu.

Meski penerapan PSBB tak efektif, Windhu menilai masih ada indikator yang membaik dari penerapan PSBB di Surabaya Raya. 

Salah satunya bilangan reproduksi efektif (Rt). Windhu mengungkapkan, per 31 Mei 2020, Rt di wilayah Surabaya Raya mulai menurun.

"Rt di Surabaya itu sampai tanggal 31 Mei, dilihat dari tanggal onset (gejala), bukan tanggal declare (pengumuman kasus), sampai tanggal 31 Mei itu sudah pada angka 1, itu bagus," kata Windhu.

 

 

Meski ada penurunan, angka Rt di Surabaya Raya dinilai belum dalam kondisi aman.

Ia mengatakan, berdasarkan pedoman WHO dan Bappenas, idealnya Rt suatu daerah di bawah 1 selama 14 hari berturut-turut.

"Bappenas sudah kasih pedoman, kita harus nurut itu sesuai dengan WHO, yaitu kalau kita mengatakan suatu wilayah terkendali hanya kalau Rt itu di bawah 1 dan konsisten sudah berlangsung selama dua pekan berturut-turut," katanya.

Seharusnya, kata dia, pemangku kepentingan di Surabaya Raya sabar hingga dua pekan ke depan dan menunggu tingkat Rt terkendali.

"Karena yang kami khawatirkan lonjakan kasus, jadi enggak perlu buru-buru (mengakhiri PSBB)," ujar dia.

Baca juga: PSBB Surabaya Raya Tak Diperpanjang, Masa Transisi Berlaku 2 Pekan

Penerapan PSBB Surabaya Raya jilid III berakhir hari ini, Senin (8/6/2020).

Keputusan tak memperpanjang PSBB Surabaya Raya disepakati Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin, dan Bupati Gresik Sambari Halim.

Sementara, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa hanya sebagai fasilitator dalam pengambilan keputusan itu.

Setelah penerapan PSBB berakhir, Surabaya Raya memasuki masa transisi selama dua pekan sebelum menuju fase new normal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com