Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percepat Pemetaan Covid-19, Pemkot Bandung dan ITB Bangun Laboratorium

Kompas.com - 15/04/2020, 10:53 WIB
Putra Prima Perdana,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dalam rangka memutus rantai penyebaran virus corona, Pemerintah Kota Bandung, Jawa Barat, rencananya akan fokus membuat pemetaan sebaran Covid-19 di Kota Bandung.

Pemerintah Kota Bandung tengah menyiapkan sebuah ruangan di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) untuk disulap menjadi laboratorium Biosafety Level 2 (BSL 2).

Wali Kota Bandung Oded M Danial dalam kunjungannya ke RSKIA mengatakan, laboratorium BSL 2 ini nantinya digunakan untuk mempercepat pemeriksaan warga Bandung yang diduga tertular virus corona melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR).

Baca juga: Baru Bebas, Napi Ditangkap Lagi Setelah Menjambret di Bandung

Menurut Oded, laboratorium ini merupakan kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Peninjauan hari ini dalam rangka mencari tempat laboratorium untuk BSL 2, kerja sama dengan ITB. Mereka sebagai konsultannya, untuk pengadaannya dari Pemkot Bandung," kata Oded dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Selasa (14/4/2020).

Oded menjelaskan, dengan penambahan laboratorium BSL 2 di RSKIA, pemeriksaan warga Kota Bandung dipastikan bisa lebih masif dengan metode PCR, di mana tingkat akurasinya jauh lebih tinggi ketimbang rapid test.

"Saat ini kita butuh banyak, karena baru ada satu itu mengakibatkan antrean. Ini juga agar pemeriksaan yang kita lakukan juga lebih masif," ujar Oded.

Baca juga: Kepada Menperin, Ridwan Kamil Usul agar Industri Gelar Tes Covid-19 Mandiri

Laboratorium BSL 2 menjadi salah satu upaya Pemkot Bandung untuk menghadapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang tengah direncanakan.

PSBB direncanakan juga di beberapa daerah lainnya yang masuk dalam kawasan Bandung Raya seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Sumedang.

"Dengan adanya PSBB ini akan lebih masif lagi, ada kekuatan hukum untuk mengajak masyarakat lebih menekankan hal tersebut," kata Oded.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Rita Verita mengatakan, kurangnya laboratorium untuk melakukan PCR menyebabkan adanya antrean.

"Ada lonjakan kasus positif tinggi bukan berarti penambahan di hari itu banyak. Tetapi karena hasil lab-nya memang baru keluar di hari tersebut," kata dia.

Baca juga: Segera Terapkan PSBB, Ini Rekomendasi Komnas HAM untuk Jabar dan Banten

Rita mengatakan, Dinas Kesehatan Kota Bandung juga terus menelusuri orang dalam pemantauan (ODP) yang dibagi berdasarkan wilayah Puskesmas.

Untuk sementara, pemeriksaan ODP masih menggunakan rapid test.

Rita menjelaskan, setelah ODP ditanyatakan positif melalui rapid test, maka kemudian ODP akan ditindaklanjuti dengan tes swab menggunakan metode PCR.

Namun, jumlah rapid test juga dinilai masih kurang.

"Dengan 3.300 rapid test, tentunya masih kurang. Kami pun sudah menyampaikan ke pemerintah provinsi, kalau memang habis bisa diajukan kembali," kata Rita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com