Hasil produksi para warga binaan itu terus bertambah, hingga dapat digunakan oleh banyak orang, tak cuma oleh warga binaan.
“Sejauh ini sudah 300 masker yang diproduksi. Itu selain untuk kebutuhan kita di Lapas,” kata Yusnaidi.
Bahan dasar kain disiapkan oleh pihak Lapas.
Untuk pasaran, masker itu dijual Rp 9.000 per buah.
Harga itu lebih murah dibanding harga pasar yang dijual seharga Rp 10.000.
Meski lebih murah, kualitas yang dibuat para warga binaan tidak kalah dari masker kain beredar di pasar saat ini.
Sayangnya, menurut Yusnaidi, keterbatasan alat membuat mereka tak mampu memproduksi dalam jumlah besar.
“Hanya satu mesin jahit yang kami punya. Kalau ada beberapa mesin jahit, ini bisa kita produksi banyak. Kalau ada lembaga atau perorangan yang mau bantu mesin jahit, tentu kami bersyukur," kata dia.
Baca juga: Sopir Ambulans Mencuri Masker, 1 Dus Dijual Rp 5 Juta
Disambut baik oleh masyarakat
Mendengar ada produksi masker di Lapas, masyarakat ramai-ramai datang untuk memesan.
Pesanan bahkan datang dari sejumlah toko di Lhokseumawe dan Aceh Utara.
Namun, para narapidana wanita terpaksa bersabar.
Untuk menggunting kain bisa dilakukan dalam jumlah besar.
Namun, bagian menjahit menjadi sangat terbatas karena keterbatasan alat.
“Bayangkan sendiri seberapa kencang satu mesin jahit. Secanggih apa pun tukang jahitnya, pasti tidak bisa banyak. Ini keterbatasan kita,” kata Yusnaidi.
Saat ini, tersisa 326 Lapas itu.
Sebanyak 52 orang di antaranya telah dibebaskan sesuai keputusan Kementerian Hukum dan HAM beberapa hari lalu.
Mereka yang bebas mendapat program asimilasi untuk pencegahan penyebaran virus corona dalam lembaga pemasyarakatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.