Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Ritual Suku Rejang Menangkal Covid-19 dan Dampak Pertambangan

Kompas.com - 18/03/2020, 09:30 WIB
Firmansyah,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

Selain itu, menurut Adinsyah, terdapat pula ancaman berupa tambang galian C yang akan merusak ratusan sawah dan fasilitas umum.

"Kami berjuang untuk menolak dan melawan, restui dan bantu kami," kata Adinsyah dalam Bahasa Rejang.

Saat Kedurei, warga juga mendengarkan pidato Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Rukka Sombolinggi yang disampaikan secara perwakilan terkait kekuatan masyarakat adat dalam melawan Covid-19.

Sejatinya, pidato akan disampaikan dalam Rakernas dan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara (HKMAN), serta ulang tahun ke-21 AMAN pada 17 Maret 2020 di Nusa Tenggara Timur.

Namun, acara tersebut dibatalkan karena wabah virus corona.

"Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat telah direspons oleh pemerintah di berbagai tingkatan untuk membatasi aktivitas yang melibatkan banyak orang. Dalam situasi ini, ketersediaan pangan di wilayah adat yang merupakan lumbung pangan dan obat-obatan menjadi kunci bagi masyarakat adat untuk bertahan," kata Rukka.

Melawan tambang

Sunarta, salah seorang masyarakat adat Desa Lubuk Kembang menyebutkan, Kedurei itu dilakukan atas kecemasan warga akan Covid-19 dan ancaman tambang di kampung mereka.

Terdapat tambang galian C yang beroperasi di perbatasan desa sejak 2 bulan terakhir.

"Tambang memang tidak beroperasi di desa kami, tapi dampak tambang mengancam ratusan hektar sawah dan sejumlah fasilitas umum seperti sekolah. Ini menjadi kekhawatiran," sebut Sunarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com