KOMPAS.com- Rumah kayu yang dihuni seorang kakek 70 tahun bernama Hamid di Desa Bojo, Kecamatan Malusetasi, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan itu tak seperti rumah yang lazim ditinggali orang-orang.
Atap dan dinding-dindingnya menganga. Ketika hujan, Hamid harus menahan dingin.
Lantaran air dan angin dengan mudah merangsek masuk ke dalam rumahnya.
Saat cuaca panas, terik matahari menerobos melalui lubang di atap dan dinding-dinding yang terbuka.
Baca juga: Kisah Kakek 103 Tahun Nikahi Gadis 30 Tahun, Mantan Pejuang Kemerdekaan, Dipapah ke Pelaminan
Perasaannya was-was jika rumah yang ia huni tiba-tiba ambruk.
Namun Hamid tak bisa melakukan apa-apa. Di usia senja dan dengan tubuh rentanya, Hamid hanya bekerja sebagai pemulung.
Ia mendapatkan Rp 15.000,00 setelah berjalan berkilo-kilo meter mengumpulkan barang bekas. Bahkan seringkali, Hamid pulang dengan tangan kosong dan perut lapar.
"Tak jarang juga, tak mendapatkan apa-apa karena kondisi fisik sudah melemah," kata kakek 70 tahun yang hidup sebatang kara itu.
Tak ada pilihan lain. Hamid tetap tinggal di rumah yang hampir ambruk lantaran tak memiliki biaya untuk perbaikan.
Baca juga: Kisah Cinta Sejati, Nenek Tidur di Pangkuan Kakek di Kereta dan Viral