Salin Artikel

Kisah Pilu Kakek Pemulung, Tidur di Rumah yang Hampir Ambruk Dihantam Puting Beliung

Atap dan dinding-dindingnya menganga. Ketika hujan, Hamid harus menahan dingin.

Lantaran air dan angin dengan mudah merangsek masuk ke dalam rumahnya.

Saat cuaca panas, terik matahari menerobos melalui lubang di atap dan dinding-dinding yang terbuka.

Perasaannya was-was jika rumah yang ia huni tiba-tiba ambruk.

Namun Hamid tak bisa melakukan apa-apa. Di usia senja dan dengan tubuh rentanya, Hamid hanya bekerja sebagai pemulung.

Ia mendapatkan Rp 15.000,00 setelah berjalan berkilo-kilo meter mengumpulkan barang bekas. Bahkan seringkali, Hamid pulang dengan tangan kosong dan perut lapar.

"Tak jarang juga, tak mendapatkan apa-apa karena kondisi fisik sudah melemah," kata kakek 70 tahun yang hidup sebatang kara itu.

Tak ada pilihan lain. Hamid tetap tinggal di rumah yang hampir ambruk lantaran tak memiliki biaya untuk perbaikan.

Padahal ia tak berhenti berharap, pemerintah membantu memperbaiki rumahnya.

Hamid meminta bupati setempat memperhatikan kondisi rakyat yang hidup susah seperti dirinya.

Staf Desa Bojo Kabupaten Barru Andi Syah Indra mengemukakan, pemerintah desa mengklaim telah mengusulkan bantuan untuk Hamid.

Namun hingga kini, belum ada solusi dari pemerintah setempat.

"Kami dari Pemerintah Bojo, pascamusibah puting beliung, mengusulkan ke Pemerintah Kabupaten Barru dan Dinas Sosial Kabupaten Barru, serta Baznas untuk bantuan bedah rumah kakek Hamid. Namun hingga kini belum ada titik temu, untuk anggaran Desa Bojo," katanya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Pinrang Suddin Syamsuddin | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2020/03/11/05150011/kisah-pilu-kakek-pemulung-tidur-di-rumah-yang-hampir-ambruk-dihantam-puting

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke