Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara "Gila" Komunitas di Magetan Tularkan Literasi, Terbitkan 1.000 Buku, Dibeli Sendiri, Dibagikan Gratis

Kompas.com - 05/03/2020, 12:16 WIB
Sukoco,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

“Paling mudah itu menulis buku dibandingkan dengan kenaikan tindakan kelas yang seperti menyusun skripsi untuk mendapat nilai kenaikan tingkat,” kata Sriatun.

Saat Hari Pendidikan Nasional pada tahun 2017, para guru menggagas gerakan literasi menulis buku dengan mengumpulkan 200-an buku hasil karya para guru.

Sebanyak 15 guru yang aktif dalam gerakan literasi menulis buku kemudian giat melakukan pelatihan kepada siswa dan guru lainnya, serta memberikan bimbingan kepada guru maupun siswa sekolah yang ingin menulis buku.

Baca juga: Kisah Kakek 103 Tahun Nikahi Gadis 30 Tahun, Mantan Pejuang Kemerdekaan, Dipapah ke Pelaminan

“Sejak saat itu kita aktif kepada siapapun yang ingin menulis buku kita dampingi. Dari menyusun tulisan sampai membuat cover buku kita dampingi,” ujar Sriatun.

Menulis itu proses

Salah satu anggota Komunitas Hujan Buku Joko Maryanto mengatakan, menulis buku lebih sulit dibandingkan mengajak masyarakat untuk membaca.

Menurutnya, hanya orang yang benar-benar "gila" saja yang mau menggeluti literasi menulis di komunitas itu.

Selain membutuhkan waktu, menulis buku juga butuh anggaran untuk mencetak.

Ini karena dipastikan tidak ada penerbit yang mau mencetak buku dari penulis pemula karena belum memiliki nilai jual.

Bahkan penulis pemula juga harus membeli sendiri buku karangannya yang telah dicetak.

“Menulis itu kan proses. Karena tidak ada penerbit yang mau mencetak buku hasil karya penulis kelas RT seperti kita, ya kita terbitkan sendiri dengan biaya sendiri. Buku yang sudah cetak ya kita beli sendiri.  Kadang kita bagikan gratis agar masyarakat bisa membaca karya kita,” katanya.

Beruntung, ada penerbit milik salah satu penggiat literasi yang mau mencetak buku penulis pemula Komunitas Hujan Buku dengan biaya minim.

Untuk penulis pemula setidaknya dibutuhkan biaya Rp 750.000 agar bukunya bisa terbit di penerbit non-komersial.

Itupun penulis harus menyiapkan sendiri ilustrasi untuk cover buku yang akan diterbitkan.

“Biaya segitu di penerbit non komersil kita sudah mendapat free 25 eksemplar buku kita. Biasanya covernya kurang menarik karena kita sendiri yang desain,” ujar Joko.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com