Johan menyampaikan, batu jenis ini bukan hanya ada di Desa Sukaraharja, Ciamis saja. Di Kabupaten Bandung daerah Bojong Koneng, ditemukan pula batu serupa.
"Namun ukurannya kecil. Kemudian ada lagi di Bogor," jelasnya.
Kamis pagi, Johan dan tim belum mengambil sampel apapun dari lokasi. Dia baru memfoto lokasi batu susun saja.
Baca juga: Penjelasan BMKG Soal Fenomena Langit Oranye di Karawang
"Akan diambil sampel batuan. Mudah-mudahan diketahui umurnya berapa tahun," jelas Johan.
Cara mengetahui umur bebatuan, jelas Johan bisa dengan memakai Uranium Argon untuk batu yang usianya lebih dari 50.000 tahun.
Untuk batu yang dibawah 50.000 tahun bisa menggunakan karbon 14 atau C14. "C14 maksimal 50.000 tahun bisa kehitung," jelas Johan.
Baca juga: Cincin Terjebak di Jari Manis, Santri Ini Datangi Damkar Ciamis
Sementara ahli geologi dari Museum Geologi Bandung, Oman Abdurohman menyampaikan, batuan bersusun tersebut merupakan fenomena geologi.
Berdasarkan pemeriksaan sepintas, dia meyakini bebatuan di sana merupakan batuan alami, bukan candi. "Batuan andesit," jelasnya.