KOMPAS.com - Selasa (4/2/2020) sebuah foto bangkai pesawat helikopter beredar di dunia maya. Diduga, bangkai heli tersebut adalah MI-17 milik TNI AD yang hilang kontak sejak 8 bulan yang lalu.
Kodam XVII/ Cenderawasih telah mengirimkan tim ke Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua untuk memastikan kebenaran foto tersebut.
Kodam Cenderawasih juga berkoordinasi dengan Lanud Silas Papare, Polda Papua, Kantor Badan SAR Nasional wilayah Papua, dan Pemkab Pegunungan Bintang untuk evakuasi.
Baca juga: Beredar Foto Bangkai Heli di Papua, Diduga Heli MI-17 Milik TNI yang Hilang
Jumat (28/6/2019) pukul 11.44 WIT, helikopter MI-17 dengan nomor registrasi HA-5138 terbang dari Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang dan dijadwalkan landing di Bandara Sentani Jayapura pukul 13.11 WIT.
Pada pukul 14.00 WIT, heli tersebut hilang kontak dari Base Ops Lanud Silas Papare Sentani Jayapura.
Ada 12 orang di helikopter yang terdiri dari tujuh kru dan lima personel Satgas Yonif 725/Wrg yang akan melaksanakan pergantian pos.
Baca juga: Mengenal Heli TNI AD yang Hilang di Papua, Buatan Rusia yang Jadi Andalan
Sebelumnya, heli tersebut melaksanakan misi pendorongan logistik ke Pos Udara Pengamanan Perbatasan di Distrik Okbibab Kabupaten Bintang, Papua.
Kontak terakhir helikoper pada pukul 11.49 WIT dan berada di ketinggian 7.800 ft NM ke utara.
Sabtu (29/6/2019), Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII Cenderawasih Letkol Inf. Dax Sianturi mengatakan ada warga yang melihat helikopter masuk di gumpalan kabut tebal di sekitar Gunung Mol.
Saat itu hujan mulai turun.
Titik lokasi warga melihat heli hanya bisa diakses dengan jalan kaki. Dari Oksibil ke Bulangkop, bisa ditempuh selama 1 jam berkendaraan dan dari Bulangkop ke Oksop harus berjalan kaki.
Berdasarkan informasi tersebut, tim SAR Darat menuju ke Kampung Bulangkop Distrik Ok Aom dan berjalan kaki menuju lokasi.
Baca juga: Begini Kondisi Ekstrem Pegunungan Bintang, Lokasi Heli TNI AD yang Hilang Kontak
Senin (1/7/2019) pencarian melalui udara sempat dihentikan sementara karena cuaca buruk. Tim SAR melakukan pencarian menggunakan dua heli bell yang masing-masing melakukan tiga kali penerbangan.
Selain itu pencarian melalui jalur darat ditarik setelah sempat menyisir Gunung Mol, Distrik Oksop. Pencarian difokuskan melalui udara dan jika ada titik terang, maka tim SAR darat akan kembali dikerahkan untuk menghemat tenaga.
Sementara itu Kepala SAR Jayapura Putu Arga mengatakan proses evakuasi dan penyelamatan di wilayah tersebut tidak mudah dilakukan karena kondisi alamnya yang ekstrem.
Baca juga: Ayah Kru Heli TNI AD yang Hilang Kontak di Papua Minta Doa Anaknya Cepat Ditemukan
"Gunung di sana sangat curam, bahkan ada yang sampai 90 derajat sehingga memerlukan alat khusus untuk melewatinya," ujarnya, Rabu (3/7/2019).
Saat siang hari, kondisi cuaca bisa berubah secara signifikan.
Berada di ketinggian lebih dari 2.500 meter dari permukaan laut, suhu di Pegunungan Bintang sangat dingin. Petugas yang melakukan pencarian harus memiliki fisik yang prima.
Pencarian hanya bisa dilakukan pada pagi hingga siang karena setelah itu kabut turun menutupi daratan.
Berapa titik dijadikan prioritas pencarian, seperti Gunung Mol dan Gunung Aproup, Distrik Oksop. Proses pencarian telah diperluas hingga ke Distrik Kaureh dan Distrik Airu, Kabupaten Jayapura.
Baca juga: Upaya Menaklukkan Cuaca Ekstrem Pegunungan Bintang demi Temukan Heli TNI AD
Helikopter MI-17 milik TNI AD yang hilang kontak di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua, dirancang oleh biro desain Mil Moscow Helicopter dan diproduksi Kazan Helikopter Rusia.
Heli tersebut keluaran pabrikan tahun 2008.
Wakil Kepala Penerangan Kodam (Wakapendam) XVII/Cenderawasih, Letkol Inf TNI Dax Sianturi mengatakan, MI-17-V5 adalah milik Pusat Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) yang sudah mengudara hampir di seluruh Indonesia.
"Untuk di Papua, heli ini sudah sekitar 8 bulan," ujar Dax, Rabu (3/7/2019).
Baca juga: Cuaca Buruk, Pencarian Heli TNI AD di Papua Dihentikan Sementara
Heli tersebut dilengkapi sepasang mesin Turboshaft Isotov TV3-117VMA dan memiliki kemampuan terbang sangat baik hingga ketinggian 6.000 meter di bawah permukaan laut (MDPL).
MI-17 juga bisa mengangkut penumpang hingga 30 orang, dengan daya angkut beban maksimalnya sekitar 2 ton.
Baca juga: Senin Pagi, Pencarian Heli TNI AD yang Hilang Kontak di Papua Dilanjutkan
Sedangkan lima anggota Pamta Yonif 725/WRG yakni, Serda Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddin, dan Prada Tegar Hadi Sentana.
Ibu Serda Ilham, Sugianti (54), pertama kali mendapat kabar tersebut dari anak pertamanya pada Jumat (28/6/2019) sore.
Serda Dita Ilham Primojati (24) adalah warga Desa Kemutug Kidul, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Baca juga: 2 Heli TNI AD Diterbangkan ke Oksibil untuk Cari Helikopter MI-17
"Kakaknya ngabari sudah tahu belum kalau pesawatnya Ilham hilang kontak. Habis magrib komandannya ngabari, telepon sejak sore sebenarnya, tapi enggak keangkat," kata Sugianti saat ditemui di rumahnya, Sabtu (29/6/2019)
Sugianti mengataan, tak henti memantau berita di televisi terkait pencarian helikopter tersebut.
lham bergabung dengan TNI AD sejak 2015 sebagai mekanik pesawat. Ia bertugas di Skadron 31/Serbu Semarang, Jawa Tengah.
Anak ketiga dari empat bersaudara tersebut telah empat kali bertugas mengirimkan logistik ke perbatasan Papua.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irsul Panca Aditra, Dhias Suwandi | Editor: Aprillia Ika, Caroline Damanik, David Oliver Purba, Abba Gabrillin)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.