Sejak itu, Suripah tak pernah pulang. Suami keduanya ini seorang pekerja serabutan. Keduanya tinggal di rumah sangat sederhana di Tulo La Rantean Kabupaten Sigi.
Uang yang dikumpulkan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari, tak pernah bisa membawa Suripah pulang ke tanah kelahirannya di Pengarengan Kalibawang.
Hingga dua bulan lalu, Suripah bertemu Ahmad Sobar, guru ngaji di Kerukunan Keluarga Jawa. Sobar pun tergerak mencari keluarga Suripah di Wonosobo lewat koleganya.
"Akhirnya ketemu keluarganya, saya dapat nomor telepon keponakannya. Tapi sama-sama tidak punya (uang) jadi belum bisa pulang juga," kata Sobar.
Mendengar Ganjar akan ke Palu, Sobar berinisiatif mengajak Suripah. Dia mengutarakan keinginan wanita 50 tahun itu pulang kampung.
"Pulang kampung, Pak," kata Suripah, mengulangi ucapan Sobar.
Mendengar keinginan Suripah itu, Ganjar langsung menawarkan Suripah pulang bersamanya esok harinya. Namun Suripah menawar. Ia ingin pulang saat ramadan sekalian berlebaran di Wonosobo.
Ia juga menuturkan kepulangannya tidak selamanya. Setelah beberapa lama di Wonosobo, ia akan kembali lagi ke Palu.
"Saya sudah ada suami di sini, bagaimana kalau saya tinggal pulang terus. Saya pulang sebentar saja menengok anak, dulu saya tinggal masih umur 3 tahun, katanya sekarang sudah menikah," kata Suripah.
Suripah sendiri berulang-ulang menyatakan rasa syukur dan terimakasihnya. Raut wajahnya yang semula muram berubah ceria dan penuh tawa.