Warga berharap ada bantuan dari pemerintah, meski pemerintah desa sudah membantu memberikan obat penyemprot ulat bulu tersebut.
Kasi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Arin Nikmah mengakui belum menerima laporan terkait serangan ulat bulu di Desa Singocandi.
Meski demikian, Arin akan segera menindaklanjuti kemunculan ulat bulu itu.
Dia juga mengatakan, saat ini memang musimnya telur ulat menjadi ulat. Kemunculan ulat-ulat itu umum terjadi dalam konsep ekologi.
"Jumlah ulat bulu menjadi banyak karena jarangnya pemangsa seperti burung di alam," kata Arin.
Baca juga: Ratusan Ulat Bulu Masuk ke Sekolah, Proses Belajar-Mengajar Dihentikan
Teknis penanganan ulat bulu, kata dia, untuk mengatasinya memang harus dilakukan penyemprotan dengan obat hama.
Hanya saja, Arin menyebut keberadaan ulat bulu tidak membahayakan manusia.
"Ulat bulu yang jumlahnya banyak tentunya mengganggu dan mengakibatkan gatal-gatal jika bersentuhan. Tapi tidak membahayakan. Kami akan tindaklanjuti," pungkas Arin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.