Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 5 Faktor yang Sebabkan Longsor di Sukajaya Bogor Menurut PVMBG

Kompas.com - 19/01/2020, 07:40 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melakukan pemeriksaan pergerakan tanah di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang menyebabkan longsor pada awal tahun 2020. 

Kepala PVMBG Kasbani menyebutkan ada beberapa faktor penyebab terjadinya pergerakan tanah di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.

Baca juga: Sempat Gagal Mendarat, Jokowi Akhirnya Injakkan Kaki di Sukajaya

Berikut ulasannya.  

Faktor pertama, kata Kasbani, tanah pelapukan yang bersifat sarang di kecamatan itu dan mudah meloloskan air.

Faktor kedua, bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan batuan yang lebih segar sebagai bidang gelincir.

Baca juga: Penjelasan PVMBG Soal 5 Titik Pergerakan Tanah di Sukajaya Bogor

 

Faktor ketiga, kelerengan yang curam bahkan beberapa tempat hampir tegak.

Faktor keempat, di beberapa tempat terlihat kontak endapan gunung api dengan batu lempung (formasi Bojongmanik) dengan bidang perlapisan yang searah dengan kemiringan ke arah sungai.

Baca juga: Derita 4.146 Warga Sukajaya Bogor Bertaruh Nyawa ke Tempat Pengungsian

 

Longsor di Harkat Jaya, Sipayung, Jayaraharja, Sukamulih, Pasirmadang masuk ke dalam DAS Sungai Cidurian sehingga dampaknya banjir membawa material longsor dan batu di sepanjang Sungai Cidurian dan melanda pemukiman di kanan kiri Sungai Cidurian.

Faktor kelima, curah hujan 301.6 mm dalam satu hari sebagai pemicu.

"Umumnya gerakan tanah itu karena interaksi kondisi geologi dan dipicu oleh curah hujan yang tinggi," kata Kasbani dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/1/2020).

Baca juga: PVMBG: Penyebab Bencana di Bogor Akibat Curah Hujan Tinggi

 

Pergerakan tanah di Sukajaya akibat tanah lapuk

Kasabani menjelaskan bahwa pergerakan tanah in dikontrol oleh interaksi kondisi geologi dengan sifat tanah pelapukan yang berpori dan mudah luruh jika terkena air.

Selain itu, kemiringan lereng yang terjal sampai sangat terjal dan beberapa tempat hampir tegak.

"Curah hujan tinggi yang mencapai 301,6 mm mengakibatkan peresapan air yang cepat ke dalam tanah sehingga terjadi perubahan tekanan air pori dan berkurangnya kestabilan lereng," jelas Kasbani.

Baca juga: PVMBG Sebut Potensi Gerakan Tanah di Kecamatan Sukajaya Bogor Tinggi

"Peresapan air ini membentuk bidang lemah pada kontak dengan batuan di bawahnya yang lebih segar atau batuan dasar yang kedap air," imbuhnya.

Kondisi tersebut, lanjutnya, ditambah dengan kemiringan yang terjal sampai sangat terjal, mengakibatkan tanah mudah untuk bergerak ke luar lereng dengan bidang gelincir pada kontak dengan batuan dasar yang kedap air yang telah jenuh air.

Baca juga: Tunggu Kajian PVMBG, Ratusan Warga Cianjur Masih Diungsikan Akibat Pergerakan Tanah

 

Material longsor sebabkan sungai Cidurian meluap

Di kampung Sinar Harapan, material longsoran yang bergerak ke luar lereng melanda permukiman yang berada pada lembah di bawahnya.

Longsoran-longsoran pada lereng yang telah bercampur dengan aliran air permukaan kemudian mengalir melalui alur-alur atau anak sungai yang bermuara di sungai Cidurian.

Baca juga: Masuki Hari ke 11, Pencarian 3 Korban Longsor Sukajaya Dihentikan

"Banyaknya aliran material longsoran yang bercampur dengan air yang bermuara di Sungai Cidurian mengakibatkan sungai ini meluap dengan membawa material longsoran dan hasil erosi sepanjang alirannya," kata Teddy. 

"Aliran bahan rombakan  ini merusak rumah dan bangunan lainnya di sepanjang aliran sungai." 

Baca juga: Jokowi Kenakan Jas Hujan Hijau Pemberian Warga Saat Berkunjung ke Sukajaya Bogor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com