Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Keraton Jipang di Blora yang Beda dengan Keraton Agung Sejagat

Kompas.com - 17/01/2020, 21:24 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Menurut Barik Barilyan, langkah melestarikan budaya hingga mempersatukan pecahnya "trah" petinggi Keraton Jipang telah lama dilaksanakan secara turun temurun.

Hanya saja, upaya untuk mengangkat sektor wisata dengan memperkenalkan sejarah Keraton Jipang baru diwujudkan beberapa tahun lalu.

Kemudian Keraton Jipang mulai muncul ke publik melalui pagelaran budaya pada 2014.

"Trah Arya Penangsang terpecah di berbagai daerah mulai Cepu, Brebes, Cimahi, Palembang dan lain-lain. Untuk Yayasan ada di Cepu. Sejak dahulu, kami sudah nguri uri (melestarikan) budaya dengan mempertahankan tradisi jamasan dan sebagainya," terang Barik Barilyan.

Baca juga: Tak Mau Disamakan dengan Keraton Agung Sejagat, Keraton di Sukoharjo Beri Penjelasan

Barik Barilyan juga menjelaskan, Yayasan Keraton Jipang kini menjadi wadah untuk mempererat hubungan kekeluargaan para trah Arya Penangsang.

Yayasan Keraton Jipang juga tidak berencana mendirikan sebuah kerajaan atau bahkan memetakan wilayah. Mereka tidak merekrut pengikut atau bahkan berorientasi ke arah menyimpang.

"Kami hanya ingin mengangkat sektor pariwisata melalui sejarah kerajaan jipang. Harapannya bisa diwujudkan pemerintah dengan menghidupkan kembali sejarah dan baungunan-bangunan bersejarahnya. Nanti kan geliat perekonomian akan muncul disana," pungkasnya.

Baca juga: Motif Keraton Agung Sejagat dan Sunda Empire, Kenapa Banyak Pengikutnya?

Kasus penipuan yang mengatasnamakan Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah menghebohkan masyarakat pada awal 2020.

Selain aktivitasnya yang tak lazim, Keraton Agung Sejagat sukses merekrut ratusan pengikut dengan tarif berbayar serta janji-janji yang menggiurkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com