Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dina, Wanita Perancang Jembatan LRT Jabodetabek: Tak Diizinkan Ayah Berkarier dan Pesan untuk Wanita Indonesia (4)

Kompas.com - 15/01/2020, 11:24 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Alumnus Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1989, Arvila Delitriana, menuai banyak pujian.

Dina, sapaan akrab Arvila, dipuji karena berhasil merancang jembatan lengkung light rail transit (LRT) Jabodetabek sepanjang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter yang melayang di atas jalan layang Tol Dalam Kota, di samping Kuningan, Jakarta Selatan.

Kepada Kompas.com seusai acara GE Women Talks, Dina menceritakan, kesuksesan tersebut tidak diperolehnya dengan mudah. Apalagi sang ayah, sempat tidak mengizinkan Dina berkarir.

“Bapak saya tentara, ibu IRT lulusan SMA dari kota yang sangat kecil. Karenanya pendidikan ibu tidak tinggi,” ujar Dina mengawali perbincangan di Bandung, belum lama ini.

Meski hanya lulusan SMA, sang ibu menginginkan Dina berpendidikan tinggi.

Baca juga: Cerita Dina, Wanita Perancang Jembatan LRT Jabodetabek: Ditentang Insinyur Asing hingga Dipuji Jokowi (1)

 

Itulah mengapa ibu dan ayahnya meminta Dina tinggal di Bandung merawat adiknya saat orangtua mereka harus dipindah-pindah ke daerah terpencil.

“(Orangtua) mewajibkan anaknya sekolah tinggi, tapi (nanti) di rumah ngurus anak,” tutur Dina.

Pemahaman tersebut membuat Dina tidak berpikir mengenai jenjang karir.

Bagi dia yang penting adalah sekolah, lulus, kerja di rumah atau dari rumah, serta mengurus anak.

Hingga perjalanannya sebagai mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB), pertemuannya dengan banyak orang, termasuk suami yang membebaskan Dina berkarir, membuat pemikirannya berubah.

Dina memutuskan berkecimpung di dunia jembatan yang selama ini identik dengan dunia laki-laki.

Ditentang ayah

Melihat Dina mengambil jalan tersebut, sang ibu mengizinkan dengan catatan diizinkan suami Dina. Penolakan justru diperlihatkan ayahnya.

“Ayah saya masih keukeuh. Beliau bilang, belum tentu suami kamu diam itu artinya mengizinkan. Perdebatan saya (dan ayah) terus terjadi lama,” ungkap Dina.

Ketidaksetujuan sang ayah tidak menyurutkan langkah Lina. Ia tetap menjalankan perannya sebagai istri, ibu dari dua anak, dan pekerjaannya.

Walaupun semua itu tidaklah mudah. Dina mengatakan, untuk menjalankan semua peran tersebut, perempuan harus lebih kuat.

Baca juga: Cerita Dina, Wanita Perancang Jembatan LRT Jabodetabek: Urus 3 Adik sejak Kelas V SD (2)

Misal ketika mengerjakan satu proyek di China, tak ada satu pun toilet. Alasannya, karena laki-laki bisa buang air di mana saja.

Itulah yang membuat Dina membawa tisu perempuan ke mana pun. Namun ada kalanya ia mengalami infeksi saluran kemih karena menahan pipis.

Tak hanya itu, saat masih menyusui, ia kerap membawa anaknya meeting bersama dengan seorang saudara. Jika anaknya nangis, saudaranya tersebut akan memberi kode.

“Lalu saya katakan pada peserta meeting yang semuanya laki-laki, rapat ditunda dulu karena mau menyusui. Mereka pun mengizinkan,” tuturnya.

Peran ganda tersebut ia jalankan dengan ikhlas dan telaten. Hingga akhirnya ia bisa membuktikan pada sang ayah, bahwa dirinya bisa menjalankan berbagai peran tersebut dengan baik.

“Sekarang (ayah) bangga ketika melihat anaknya banyak menerima ucapan selamat. Kemarin bertemu dengan Pak Luhut, saya ajak beliau,” katanya.

Pesan untuk para perempuan

Meski orangtuanya konservatif, Dina mengagumi cara mereka mendidik dirinya. Namun hal itu tidak bisa diterapkan dalam mendidik anak-anaknya.

Sebab dulu, informasi belum seterbuka sekarang. Orangtua sulit mengontrol informasi yang bisa didapatkan oleh anak-anaknya.

Karena itu, komunikasi dan keterbukaan dengan anak-anak mutlak dilakukan saat ini. Pernah suatu hari, ada seseorang yang menawarkan perangkat lunak (software) untuk bisa melihat isi ponsel anak.

Dina langsung menolaknya. Ia percaya pada anak-anaknya sehingga tidak perlu membeli software semacam itu.

“Saya ceritakan itu pada anak-anak saya, termasuk alasan saya tidak membelinya,” kata lulusan Teknik Sipil ITB angkatan 1989 ini menjelaskan.

Baca juga: Cerita Dina, Wanita Perancang Jembatan LRT Jabodetabek: Awalnya Ditolak, Kini Dipuji Insinyur Jepang (3)

Dina pun membebaskan karir anak-anaknya kelak. Selain pada anak-anaknya, ia pun berpesan pada seluruh wanita di Indonesia.

“Jangan salah memilih suami. Saya termasuk orang yang nurut apa kata suami. Kalau suami meminta saya tinggal di rumah, maka saya akan tinggal di rumah. Tidak menjadi seperti sekarang,” kata Dina.

Karena suaminya open minded dan mengizinkan Dina mengambil peran di dunia kerja, ia pun bisa dalam posisi saat ini. (Bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com