Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batu Prasasti di Keraton Agung Sejagat, Diukir Gambar Cakra, Telapak Kaki, dan Trisula oleh Empu Wijoyo

Kompas.com - 15/01/2020, 05:15 WIB
Rachmawati

Editor

Pada batu tersebut juga terdapat ukiran simbol siang atau malam, hitam atau putih, atau juga sperma yang melambangkan kehidupan.

Ada pula gambar simbol dua macan sebagai simbol penjaga serta ukiran empat penjuru mata angin, dan logo kerajaan Majapahit.

Baca juga: Setelah Viral, Keraton Agung Sejagat di Purworejo Jadi Tempat Wisata Dadakan

Pada bagian bawah batu ada gambar baruna naga yang artinya lautan.

Seperti punggawa Keraton Agung Sejagat lainnya, Wijoyo juga meyakini bahwa seluruh kekuasaan dunia berada di bawah naungan keraton.

"Negara-negara di dunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami. Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah nama 'Mata Rantai Manusia'. Di mana ada kehidupan di situ ada bumi," ujarnya.

Baca juga: Mengenal Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Ada Raja dan Ratu hingga Klaim Bukan Aliran Sesat

Dibungkus kain putih

Keberadaan batu besar di Keraton Agung Sejagat tersebut membuat penasaran banyak orang.

Sumarni, salah satu warga sekitar mengatakan batu besar itu datang sekitar pukul 03.00 WIB.

"Batu besar kala itu datang sekira pukul 03.00 WIB pagi. Saya melihat ternyata sudah dibungkus kain kafan (kain putih) seperti kain mori," ujar Sumarni dilansir dari Tribunjateng.com, Senin (13/1/2020).

Oleh pengikut keraton, batu itu diberi sesaji dan dupa-dupa. Saat masuk waktu Shubuh, para pengikut berdatangan dan menghadap ke selatan seakan memuja batu besar tersebut.

Baca juga: Polri Dalami Kegiatan Keraton Agung Sejagat di Purworejo

"Otomatis anak-anak kecil yang pada melihat merasa ngeri saat itu, bahkan membuat anak-anak malam harinya yang biasanya berangkat mengaji merasa takut dan tidak mengaji," imbuhnya.

Saat ditanya, anak-anak itu hanya bisa menjawab takut dan menganggap batu itu hidup.

Karena menyita perhatian, Sumarni (56) akhirnya sempat menegur dan meminta menurunkan kain kafan tersebut.

Baca juga: Terjunkan Intelijen, Polisi Cari Tahu Motif hingga Sejarah Berdirinya Kelompok Keraton Agung Sejagat di Purworejo

Puncaknya adalah pada saat kirab, dan dua hari sebelumnya melakukan gladi bersih.

"Mereka itu sempat menggunakan pengeras suara saat ada adzan maghrib," terangnya.

Sumarni sudah mengingatkan dan membuat surat permintaan agar mereka menghentikan berbagai macam aktifitas saat adzan dan ibadah.

Kedua adalah tidak melakukan aktifitas yang mengganggu warga saat saat istirahat.

Permintaan ketiga adalah membersihkan lingkungan warga dari sesaji-sesaji.

"Itulah tuntutan warga dan yang jelas kami tidak ingin terganggu dengan mereka yang datangnya berbondong-bondong.Terutama yang disesalkan adalah sesaji," jelasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Makna Ukiran Batu di Kerajaan Agung Sejagat Menurut Empu Wijoyo, Dunia di Bawah Naungan KAS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com