Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Puji Punggawa Keraton Agung Sejagat, Bergabung Tahun 2015 dan Bertugas Menyambut Tamu

Kompas.com - 14/01/2020, 18:48 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Keraton Agung Sejagat yang ada di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo mengklaim memiliki 450 pengikut.

Salah satu pengikutnya adalah Puji yang bergabung dengan Keraton Agung Sejagat bersama suaminya sejak tahun 2015 lalu.

Puji adalah punggawa keraton yang bertugas sebagai penyambut tamu di depan pintu masuk keraton. Sedangkan suaminya, bertugas untuk mencatat daftar hadir para pengunjung

Dilansir dari Tribun Jateng, Puji mengaku diajak bergabung oleh Sang Raja Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat.

Baca juga: Setelah Viral, Keraton Agung Sejagat di Purworejo Jadi Tempat Wisata Dadakan

Puji menyakini bahwa Totok Santoso Hadiningrat adalah trah dari Eyang Hanyokrokusumo.

Menurut Puji, Sinuhun Totok sering menguraikan sejarah dan mereka percaya bahwa daerah Pogung tempat berdirinya keraton pernah dilewati kereta kencana dan merupakan bekas keraton pada masa lalu.

Itulah alasan istana Keraton Agung Sejagat didirikan di daerah Pogung.

"Nenek moyang saya menceritakan jika, akan ada istilahnya 'pasar ilang kumandange'
dan percaya akan kedatangan Kaisar Sinuhun yang merupakan titisan keturunan eyang Majapahit," katanya kepada Tribunjateng.com, Selasa (14/1/2020).

Baca juga: Mengenal Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Ada Raja dan Ratu hingga Klaim Bukan Aliran Sesat

Ia mengaku selama menjadi punggawa tidak pernah membayar iuran untuk masuk keraton.

"Paling kalau keluar uang kalau kita berangkat ke sini naik motor, bensinnya sendiri," jelasnya.

Istana Keraton Agung Sejagat menurut Puji sangat terbuka sehingga banyak pengunjung yang datang ke wilayah keraton.

Terkait pembiayaan kerajaan termasuk pembuatan seragam, Puji mengatakan menggunakan biaya sendiri.

"Tidak ada janji-janji, paling adalah wejangan seperti menceritakan sejarah Jawa, dan misinya adalah menyejahterakan masyarakat dalam hal sandang pangan papan," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com