LEBAK, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut banjir bandang di Lebak, Banten, disebabkan oleh adanya aktivitas tambang di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS).
Lubang-lubang tambang yang ditinggalkan, longsor. Longsoran material tersebut menyebabkan banjir bandang saat air sungai Ciberang meluap.
"Laporan dari Polda Banten, penyebab utama selain hujan lebat di hulu sungai TNGHS, adalah sejumlah lubang yang ditinggalkan ambrol, longsor dan membawa bantuan lumpur, inilah yang menyapu sepanjang daerah Sungai Ciberang," kata Kepala BNPB Doni Munardo di Lebak, Banten, Sabtu (4/1/2020).
Baca juga: Kisah Budi Pego: Bertani Buah Naga Sembari Lancarkan Penolakan Tambang Emas
Doni menyebut banjir bandang yang terjadi saat ini merupakan yang paling parah terjadi di Kabupaten Lebak dengan luasan area mencapai enam kecamatan.
Kerugian dari banjir bandang tersebut, sangat masif, sedikitnya 1.000 rumah dilaporkan rusak berat dan sebagian lainnya hanyut.
Berdasarkan data TNGHS, pada pertengahan 2019 lalu terdapat 10 blok penambangan emas tanpa izin (PETI) yang tersebar di tiga kabupaten yakni Lebak, Bogor dan Sukabumi.
Baca juga: Korban Tewas Banjir Bandang di Lebak Jadi 8 Orang, Satu Masih Hilang
Blok PETI tersebut rencananya akan ditutup lantaran merusak vegetasi wilayah TNGHS dan membahayakan para penambang liar atau gurandil yang sebagian besar merupakan warga sekitar.
Diketahui, banjir bandang menerjang Kabupaten Lebak, Rabu (1/1/2020).
Banjir bandang terjadi lantaran aliran sungai Ciberang yang berhulu di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) meluap.
Ada lima dari 28 kecamatan di Lebak yang terdampak banjir bandang ini yaitu Cipanas, Lebakgedong, Sajira, Curugbitung, Maja dan Cimarga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.