Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebak Darurat Banjir...

Kompas.com - 04/01/2020, 11:11 WIB
Rachmawati

Editor

"Kita harus selamatkan jiwanya dulu, kita bangun posko dan dapur umum di setiap kecamatan untuk memudahkan distribusi bantuan dan lain sebagainya," katanya.

Baca juga: Jalur Distribusi ke Lebak Terputus, BNPB Kirim Logistik Pakai Helikopter

Warga harus diungsikan secara bergantian menggunakan perahu karet dari BPBD Lebak melintasi Sungai Ciberang yang arusnya sangat deras.

Perahu karet itu diikat, kemudian ditarik beramai-ramai oleh warga bersama TNI dan Polri.

"Lebak ini antardesa, antarkampung, antarkecamatan banyak dilalui jembatan. Kalau jembatannya putus, otomatis tidak bisa mengakses ke sana (daerah lain). Ditambah jalannya ambles. Jadi Lebak Gedong itu (daerahnya) curam, kemiringannya sekitar 90 derajat, di sana sinyal susah," kata Iti Octavia Jayabaya dilansir dari BBC Indonesia.

Baca juga: Ribuan Ikan Mabuk Ukuran Besar Ditangkap Warga Usai Banjir di Lebak

Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Agus Wibowo menyatakan, bantuan logistik untuk korban bencana banjir bandang di Lebak, Banten, harus dikirim lewat jalur udara karena jalur darat terputus.

"Hari ini kita mengirimkan satu helikopter TNI, tadi sudah berangkat ke Banten untuk dropping logistik karena banyak jalan yang putus jadi dropping logistik di sana," kata Agus di Graha BNPB, Jakarta Timur, Jumat (3/1/2020).

Distribusi logistik akan ditangani langsung oleh komandan resor militer setempat.

Baca juga: Korban Banjir Bandang Lebak Minta Dikirim Makanan Matang, Keluhkan Tidak Ada Listrik dan Air Bersih,

 

Penambangan liar

Dilansir dari BBC Indonesia, Iti Octavia Jayabaya mengatakan, bencana banjir bandang dan longsor di wilayahnya disebabkan aksi penggundulan hutan dan aktivitas penambangan emas liar di Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

"Ada penambangan liar di wilayah yang tidak diperuntukkan untuk itu. Akhirnya klimaksnya terjadi bencana banjir itu. (Tapi) ketika bencana terjadi, pemerintah yang disalahkan," kata Iti, Jumat (4/1/2019)

Ia mengatakan jika hutan gundul dan tanahnya digali oleh penambang liar, air tidak meresap baik ke dalam tanah.

"Ketika kemarau saja ada retakan, itu harus ditutup. Apalagi ini (musim hujan) di bawah tanah ada lubang-lubang, tidak bisa menahan (air). Ini yang menyebabkan ambruk, longsor," katanya.

Baca juga: Bencana Terparah, Banjir Bandang Lebak Ditetapkan Sebagai KLB Provinsi

Iti mengaku tidak bisa berbuat banyak di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak lantaran kewenangannya ada pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

"Ini kan berada di kawasan taman nasional, menjadi kewenangan pemerintah pusat, di antaranya di bawah Kementerian LHK. Kami tidak bisa melakukan tindakan tanpa sinergi dengan seluruhnya. Maka harus ada kebijakan langsung dari sana (pemerintah pusat)," katanya.

Selain Kabupaten Lebak, beberapa wilayah di Provinsi Banten juga terkena bencana banjir antara lain Kota Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Tangerang.

Baca juga: Menolak Dievakuasi, Satu Warga Lebak Tewas Saat Banjir Bandang

Di Tangerang tercatat banjir terjadi di 56 titik dan merupakan banjir terparah sejak 2006.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com