Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Sosial Sebabkan Paham Radikal Meningkat, Meski Aksi Teror Menurun

Kompas.com - 30/12/2019, 17:24 WIB
Andi Hartik,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com – Aksi terorisme dalam kurun waktu 18 tahun terakhir terus menurun. Namun, paham radikalisme terus terus meningkat.

Hal itu disampaikan oleh Akademisi Universitas Brawijaya (UB), Rachmat Kriyantono, PhD dalam Refleksi Akhir Tahun 2019 di Auditorium Nuswantara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya, Senin (30/12/2019).

Mengutip data dari Laporan Mabes Polri, Rachmat mengatakan bahwa insiden terorisme di Indonesia mulai meningkat sejak tahun 1996. Saat itu, tercatat ada 65 kejadian. Kemudian aksi terorisme mencapai puncaknya pada tahun 2001 dengan 105 kejadian.

Setelah itu, kejadian aksi terorisme di Indonesia terus menurun. Pada tahun 2018 terdapat 19 kejadian dan pada tahun 2019 terdapat delapan kejadian.

Baca juga: Menag: Seleksi CPNS 2019 Harus Bebas dari Paham Radikal

“Sebenarnya, aksi teror menurun jumlahnya. Mulai meningkat pada 1996 ada 65 kasus, dan puncaknya pada 2001, 105 kasus. Hanya, sejak tahun tersebut terorisme menurun," katanya. 

"Pada 2018 ada 19 kejadian dan 2019 menjadi delapan kejadian. Artinya, pemerintah melalui alat negara, seperti BNPT dan polisi, TNI, mampu mengurangi aksi terror. Tetapi, paham radikalisme ternyata belum, bahkan meningkat.” 

Ketua Program Studi Pascasarjana Ilmu Komunikasi itu mengatakan, peningkatan paham radikalisme itu salah satunya dipicu oleh faktor komunikasi.

Baca juga: Yakinkan Surya Paloh, PKS Tegaskan Tak Ada Kadernya yang Terpapar Paham Radikal

Peran media sosial dalam pengembangan radikalisme

Terutama faktor komunikasi di media sosial. Menurutnya, karakter media sosial yang tanpa batas membuat penyebaran paham radikal semakin sulit dihalau.

“Karena faktor komunikasi. Komunikasi di media sosial membuat penyebaran paham radikal ini meningkat dan sulit dihalau,” katanya.

“Media sosial itu bersifat borderless dan luas, partisipatif dengan peserta beragam, bersifat private dalam penggunaan, komunikasi bebas dan cepat dan pesan mudah dibuat,” ungkapnya.

Karakter media sosial itu berseiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial. Hal itu semakin mempercepat penyebaran paham radikal di media sosial.

Baca juga: Polwan yang Diduga Terpapar Paham Radikal Ditangkap untuk Kali Kedua

“Percepatan paham radikalisme menyebar juga disebabkan oleh akselerasi pengguna internet yang meningkat. Dominasi situs-situs hoaks dan radikalisme juga masih tinggi," jelasnya. 

"Data menunjukkan situs-situs Ormas Islam moderat besar, NU dan Suara Muhammadiyah masih belum mendominasi, masih diungguli situs-situs Islam konservatif yang dalam tanda kutip lebih ramah paham radikalisme.” 

Mengutip definisi radikalisme dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ciri-ciri radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan secara cepat dengan kekerasan, paham yang mendukung, menyebarkan dan mengajak menjadi anggota ISIS serta paham yang mendefinisikan jihad secara terbatas yang menjurus pada bentuk kekerasan untuk mewujudkannya.

Baca juga: Diduga Terpapar Paham Radikal ISIS, Singapura Tahan 3 PRT asal Indonesia

Cara tanggulangi radikalisme

Ada berbagai cara yang ditawarkan Rachmat untuk menanggulangi paham radikalisme di Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com