Husin mengaku terpaksa memanen kelapa sawit di tengah banjir demi sesuap nasi.
"Beras, minyak sudah mau habis. Uang juga sudah tak ada. Jadi saya usakan juga untuk panen sawit yang dilanda banjir," ujar Husin, Jumat (20/12/2019).
Panen sawit di tengah banjir tentu merupakan hal yang berisiko. Lantaran saat itu ketinggian air mencapai satu setengah meter.
"Ketinggian air setinggi dada. Jadi buah yang didodos langsung diarahkan ke dalam perahu," katanya.
Jika tak banjir, hasil panen Husin biasanya bisa mencapai satu ton. Namun kali ini ia hanya memanen 500 kilogram.
"Biasanya dapat satu ton. Tapi karena banjir cuma dapat 500 kilo. Alhamdulillah, masih ada rezeki untuk beli beras," ucapnya.
Baca juga: Saat Ketinggian Banjir di Kampar Riau Terus Bertambah, Petugas Keamanan Tak Ada di Lokasi
Tingginya genangan banjir tak hanya merendam rumah warga. Namun juga kandang dan hewan-hewan ternak.
Warga Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, Sarial (52) mengisahkan saat dirinya menyelamatkan kambing-kambing yang nyaris tenggelam.
Saat itu, kata Sarial, ketinggian air semakin bertambah hingga mencapai kandang kambingnya.
Beberapa saat sebelum banjir mencapai atap kandang kambing, Sarial mengangkat tujuh kambingnya ke dalam perahu.
"Kalau tidak cepat saya evakuasi, semua kambing saya bakal mati tenggelam," sebutnya.
Baca juga: Korban Banjir di Kampar Alami Gatal-gatal dan Cacar Air
Warga Desa Pulau Rambai, Kecamatan Kampa, Kabupaten Kampar, Riau, Yulianis (41) menuturkan kisahnya saat rumahnya pertama kali dikepung banjir, Minggu (15/12/2019).
Banjir mengepung rumahnya pada tengah malam. Saat itu Yulianis dan keluarganya sedang tidur.