Sementara warga setempat menilai penambang timah konvensional dianggap bertentangan dengan profesi masyarakat Desa Batu Belubang yang mayoritas bekerja sebagai nelayan.
Hal yang sama dijelaskan oleh Kapolres Pangkal Pinang, AKBP Iman Risdiono. Ia mengatakan ada kesepakatan bila ada warga Selapan menggangggu, maka mereka harus meninggalkan Desa Batu Belubang.
"Memang sudah ada kesepakatan dengan warga, kalau ada warga Selapan mengganggu apalagi tadi ada penusukan, konsekuensinya ya harus meninggalkan Desa Batu Belubang," kata Kapolres Pangkal Pinang AKBP Iman Risdiono di kantor Desa Batu Belubang, Sabtu malam.
Baca juga: Detik-detik Evakuasi 140 Warga Sumsel Pasca-penusukan Bapak dan Anak
Salah satu warga Selapan yang dievakuasi adalah Merlin. Ia dan suami serta dua anaknya yang masih balita diminta keluar dari kamar kontrakan mereka di Desa Batu Belubang.
Merlin dan warga Selapan lainnya didata dan diinapkan di aula Mapolres Pangkal Pinang. Mereka dikawal aparat bersenjata larang panjang.
Kepada Kompas.com, Merlin mengaku tidak mengetahui kasus penusukan tersebut.
"Tidak tahu kasus itu, Pak. Tahunya sudah ramai kami disuruh pindah," ujar dia.
Hal sama juga diceritakan oleh Raswati. Ia dan suami serta anak cucunya juga harus angkat kaki dar Desa Batu Belubang.
"Di sini suami kerja di TI (tambang timah inkonvensional)," ujarnya.
Baca juga: Buntut Insiden Penusukan Bapak dan Anak, Puluhan Warga Selapan Dievakuasi
Penolakan warga Selapan meluas hingga ke Kota Pangkal Pinang.
Pada Senin (23/12/2019) malam, ratusan warga mendatangi Kontar Lurah Air Hitam, Kecamatan Bukit Intan, Pangkal Pinang.
Mereka meminta warga Selapan untuk meninggalkan kelurahan tersebut.
"Kami tidak ingin kejadian seperti di Desa Batu Belubang. Kalau bisa mereka pindah. Dan kami tidak ingin sampai ada sweeping," kata Ketua RT 003 Kelurahan Air Hitam, Aming saat pertemuan di kantor lurah setempat.
Menanggapi hal itu pemangku kepentingan termasuk pihak kepolisian segera menggelar rapat di Kantor Kelurahan Air Hitam.
Baca juga: Bapak dan Anak Ditusuk di Bangka Tengah, Polisi Cek Rekaman CCTV
Selama rapat digelar, ratusan warga menunggu dan berorasi.