Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gubernur Olly dan Bupati Tetty Paruntu Masuk Bidikan NasDem di Pilkada Sulut 2020

Kompas.com - 26/11/2019, 11:20 WIB
Skivo Marcelino Mandey,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MANADO, KOMPAS.com - Partai Nasional Demokrat (NasDem) Sulawesi Utara membidik kepala daerah yang akan diusung pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulut 2020 mendatang.

Ada 37 nama yang masuk radar NasDem.

Selain Gubernur dan Wakil Gubernur incumbent, Olly Dondokambey dan Steven Kandouw, sejumlah kepala daerah kabupaten dan kota serta ketua-ketua partai politik (parpol) juga masuk dalam bursa NasDem.

Baca juga: Gagal Jadi Menteri, Tetty Paruntu Didukung Golkar Maju Pilkada Sulut 2020

Di antaranya, Christiany Tetty Paruntu (Bupati Minahasa Selatan/Ketua Partai Golkar Sulut), GS Vicky Lumentut (Wali Kota Manado/Ketua NasDem Manado), Vonny Panambunan (Bupati Minahasa Utara/Ketua NasDem Minahasa Utara).

Yasti Supredjo (Bupati Bolmong), Sehan Landjar (Bupati Boltim/Ketua PAN Sulut), Tatong Bara (Wali Kota Kota Kotamobagu), Depri Ponto (Bupati Bolaang Mongondow Utara) dan Jimmy Eman (Wali Kota Tomohon/Ketua Partai Golkar Tomohon).

Nama Ketua DPW Partai NasDem Sulut, sekaligus Wali Kota Bitung Maximiliaan Jonas Lomban, justru tak masuk dalam bursa.

 Baca juga: PDI-P Berambisi Cetak Quattrick di Pilkada Surabaya 2020

Selain itu, ada juga politisi-politisi populis seperti Elly Lasut, Stefanus BAN Liow, Wenny Lumentut hingga Ketua Komisi Komisi Ix DPR RI Felly Runtuwene yang dibidik NasDem.

Sekretaris DPW Partai NasDem Sulut Victor Mailangkay mengatakan pihaknya akan mengirim surat undangan kepada ke 37 nama tersebut untuk mendaftar di partainya.

“Surat undangannya terhitung sejak Senin 25 November 2019. Apabila bapak/ibu yang diundang merasa terpanggil untuk berjuang bersama Partai NasDem, maka ada lima syarat yang harus dipenuhi,” kata Mailangkay.

Di antaranya, wajib mengajukan surat permohonan kepada Ketua umum DPP Partai NasDem dan bersedia datang langsung ke DPP untuk diwawancarai.

“Dan yang terpenting serta paling utama adalah bersedia untuk tidak melakukan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme apabila terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut nanti,” tukas dia.

Seharusnya percaya kader sendiri

Pengamat politik Ferry Daud Liando mengatakan, tidak elok parpol mengincar kader partai lain.

"Harusnya NasDem percaya dengan kader-kadernya sendiri. Tak perlu mengambil kader dari luar," kata Ferry, kepada Kompas.com, Selasa (26/11/2019).

Ferry menjelaskan, tugas parpol itu mempersiapkan calon pemimpin. Anggaran negara melalui APBN dan APBD cukup besar untuk membiayai parpol.

Anggaran itu bermaksud agar parpol mempersiapkan calon-calon pemimpinnya untuk dipersiapkan baik dalam Pilkada maupun Pemilu.

Baca juga: Anggota Komisi II Yakin Larangan Eks Koruptor Maju Pilkada Dibatalkan MA

Mekanisme persiapan itu adalah merekrut anggota masyarakat untuk jadi kader atau anggota parpol. Setelah terdaftar sebagai anggota parpol, tugas parpol selanjutnya adalah melatih dan mendidik kader-kadernya untuk menjadi calon pemimpinnya.

Dilatih pengetahuannya, dilatih kompetensi dan kapasitasnya serta dilatih akhlak dan moralnya. Setelah proses itu berjalan, akan ada masanya masing-masing parpol akan melakukan seleksi bagi anggotanya untuk dipersiapkan mengikuti Pilkada atau Pemilu.

Mereka adalah utusan parpol untuk ditawarkan ke publik. Parpol itu memiliki tiga fungsi. Pertama, merumuskan rancangan kebijakan publik yang dibahas bersama para ahli yang kemudian rancangan kebijakan itu ditawarkan kepada publik melalui Pemilu atau Pilkada.

Selain itu, mempersiapkan calon-calon pemimpin untuk memperjuangkan usulan kebijakan publik yang dimiliki oleh parpol baik di DPRD maupun di eksekutif.

Baca juga: Pilkada Solo 2020, Calon Independen Harus Raih Dukungan 8,5 Persen

Lalu, memperjuangkan kebijakan publik pada lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif. Parpol yang selama ini hanya terbiasa melirik kader-kader dari parpol lain adalah parpol yang tidak dewasa.

Harusnya masing-masing parpol percaya dengan kader-kader binaannya sendiri. Kebiasaan parpol besar seperi PDIP, Golkar, NasDem dan parpol lain membuka pendafaran calon sesungguhnya lebih mengutamakan pada pendekatan pragmatis irasional.

"Tabiat parpol sepeti ini biasanya parpol yang selalu takut kalah. Sehingga untuk menag, segala cara bisa dilakukan, termasuk hal-hal yang tidak masuk akal dan apolitis," katanya.

Menurut dia, jika hanya membuka peluang masukannya calon dari bukan kader parpol lewat mekanisme pembukaan pendaftaran bagi kalangan umum, lalu buat apa parpol itu didirikan.

"Harusnya masing-masing parpol meberikan pendidikan politik yang baik dengan lebih mengutamakan kader sendiri sebagai calon kepala daerah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com