Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Persen Tebing di Indonesia Mulai Rusak, Olahraga Panjat Tebing Kena Dampaknya

Kompas.com - 26/11/2019, 08:50 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

“Jadi bukan orang kota ambil sertifikat tapi orang desa sana yang dipintarkan untuk jadi pemandu,” ucapnya.

Sebab saat ini kerap kebalik. Mahasiswa ambil sertifikat tapi tidak mau kerja di sana. Apalagi sertifikasi diperebutkan karena dibiayai negara. Kalau orang desa dibiarkan begitu saja bersaing dengan orang kota, mereka kalah.

Contoh kecilnya dari segi bahasa. Kemampuan bahasa orang kota dan desa berbeda. Makanya ia kerap bilang kepada penguji untuk melakukan tes dengan bahasa orang desa.

“Saya nguji orang Purwakarta saja, penampilan perlente tapi orangnya buta huruf, nulis no hp-nya ga ngerti. Kita yang harus disetel dengan bahasanya dia,” tuturnya.

Baca juga: Tebing Longsor Timbun Jalan, Akses Sumedang-Subang Lumpuh Total

Climbing Day

Perwakilan Climber Forum, Meyzan Nataadiningrat mengatakan, eksplorasi bebatuan oleh industri membuat aktivitas manjat terganggu. Lebih dari itu, keseimbangan dan kelestarian alam juga rusak.

“Di Citatah itu tebing yang masih bisa dipanjat, tebing yang dilindungi Kopassus. Tebing 125, 45, dan 90. Sisanya banyak yang rusak, habis untuk pabrik kapur dan lainnya,” katanya.

Persoalan tebing ini menjadi salah satu fokus bahasan Climber Forum. Perkumpulan ini sengaja dibuat sebagai ajang silaturahmi sekaligus membahas, mencari solusi, dan melakukan aksi tentang persoalan pemanjat.

Apalagi dari sisi olahraga, pemanjat dinding ini sangat diperhitungkan. Di Olimpiade 2020 nanti, cabang olahraga tersebut berpotensi mendapat emas.

Selain itu, forum ini menginisiasi Climbing Day setiap 23 November. Hal ini untuk makin mendekatkan climbing sport dengan masyarakat.

Baca juga: Pasca-kasus Bus Jatuh ke Tebing, Polres Garut Sweeping Angkutan Umum

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com