Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Robohnya Aula SMKN di Sragen, Dibangun Tahun 2015 dan 22 Siswa Tertimbun Saat Berteduh

Kompas.com - 21/11/2019, 10:01 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com — Aula SMKN 1 Miri, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, roboh pada Rabu (20/11/2019). Saat kejadian angin kencang dan hujan deras turun di wilayah tersebut.

Sebanyak 22 siswa yang ada di bawahnya tertimbun reruntuhan dan mengalami luka.

Para siswa kemudian dilarikan ke rumah sakit.

Dari 22 siswa yang tertimbun, 17 siswa harus dirawat di rumah sakit dan sisanya diperbolehkan pulang untuk rawat jalan.

Mereka dirawat di beberapa rumah sakit, ada yang di RSU Assalam Gemolong, RSU Islam Yakssi, RSUD Gemolong, RSUD Sragen, dan RSK Kamila Utama Kartasura, Sukoharjo.

Baca juga: Aula SMKN 1 Miri Sragen Roboh Timbun 22 Siswa, Sebagian Patah Tulang

Berikut faka dari robohnya aula SMKN 1 Miri Sragen:

 

1. Berteduh saat hujan

Ilustrasi hujan.KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI Ilustrasi hujan.
Rabu siang, para siswa SMKN 1 Miri Kabupaten Sragen sedang membuat pagar untuk lapangan tenis.

Saat jam menunjukkan 14.30 WIB, angin kencang disertai hujan datang. Sebagian siswa yang sedang membuat pagar berteduh di aula.

Saat itu, Mantok, salah satu guru SMK, memperingatkan siswa untuk pindah dari aula.

Namun, naas, aula terbuka di SMKN 1 Miri roboh terkena angin kencang dan hujan.

Akibatnya, 22 siswa yang berteduh di bawahnya langsung tertimbun reruntuhan.

"Kejadiannya itu menjelang shalat Ashar, hujan turun anak-anak berteduh. Hujannya sangat deras sekali. Ada saksi anak saya tanya itu katanya sampai tidak kelihatan karena kabut," kata Kepala SMKN 1 Miri, Sarno, saat ditemui di lokasi, Rabu.

Baca juga: Detik-detik Aula SMKN 1 Miri Sragen Roboh Timbun 22 Siswa

 

2. Aula terbuka dibangun tahun 2015

Ilustrasi rumahWentao Li Ilustrasi rumah
Aula yang roboh dan menimpa 22 siswa SMKN 1 Miri itu dibangun pada 2015.

Bangunan tersebut terbuat dari kayu dengan luas 12 meter x 24 meter.

Aula tersebut digunakan untuk kegiatan pertemuan.

Saat kejadian, para siswa yang sedang membuat pagar lapangan tenis berteduh di aula terbuka tersebut karena angin kencang dan hujan deras.

Sekitar pukul 14.30 WIB, aula roboh karena tertiup angin kencang.

Menurut beberapa saksi, saat kejadian kabut pekat turun di wilayah sekolah.

Baca juga: Aula SMKN 1 Miri Sragen Roboh Timbun 22 Siswa, Kegiatan Belajar Tetap Berlanjut

 

3. Kegiatan belajar tidak terganggu

Ilustrasi.TOTO SIHONO Ilustrasi.
Sarno mengatakan, robohnya aula karena diterjang angin kencang tidak sampai mengganggu kegiatan belajar dan mengajar (KBM) siswa.

Siswa tetap masuk seperti biasa karena kerusakan fasilitas sekolah akibat angin kencang tersebut hanya terjadi di gedung aula.

"Tidak ada masalah. KBM tetap berjalan karena ruang kelas masih aman," katanya ditemui di sekolah setempat, Rabu (20/11/2019).

Ia mengatakan aula tersebut rencananya digunakan untuk kegiatan Pajak Sragen.

Namun, karena roboh, kegiatan akan dialihkan ke gedung IPHI.

Baca juga: Kesaksian Siswa Korban Robohnya Aula SMKN 1 Miri Sragen

 

4. Korban patah tulang

Ilustrasi lukaShutterstock Ilustrasi luka
Dari 22 siswa SMKN yang luka, ada 17 siswa yang dirawat di rumah sakit.

Sebagian siswa yang dirawat di rumah sakit mengalami luka di kepala dan patah tulang.

"Karena siswa tertimbun atap, tapi pertolongannya sangat cepat. Guru dan siswa semua langsung memberikan pertolongan. Mereka langsung kita bawa ke rumah sakit," ujar kepala sekolah.

Kepala Jaga RSU Assalam Gemolong Ria Suhari mengatakan ada 14 siswa yang dibawa kke RSU Asslam.

"Ada 14 siswa yang dibawa ke sini (RSU Assalam Gemolong). Tujuh dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Sragen dan tujuh rawat jalan," katanya.

Menurut Ria, siswa yang dirujuk tersebut karena mengalami luka di kepala sehingga harus dilakukan computerized tomography scan (CT scan).

"Jadi, yang luka kepala tadi perlu diperiksa menggunakan CT scan," ungkap dia.

Baca juga: Korban Robohnya Aula SMKN 1 Miri Dapat Bantuan Pengobatan dari Pemkab Sragen

 

5. Angin kencang tumbangkan pohon

Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno saat meninjau robohnya aula SMKN 1 Miri, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (20/11/2019).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Wakil Bupati Sragen, Dedy Endriyatno saat meninjau robohnya aula SMKN 1 Miri, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (20/11/2019).
Wakil Bupati Sragen Dedy Endriyatno mengatakan, hujan lebat disertai angin kencang di wilayah Sragen tidak hanya merusak aula SMKN 1 Miri, tapi juga menumbangkan pohon dan membuat rumah warga rusak, termasuk waterboom Gemolong.

"Yang paling parah ya di SMKN 1 Miri ini. Aula terbukanya roboh," kata dia saat meninjau lokasi sekolah.

Ia menjelaskan aula sekolah yang roboh tersebut bukan bangunan yang digunakan untuk kegiatan.

Namun, pada saat hujan turun siswa yang sedang membuat pagar berteduh di aula.

"Karena hujan, mereka berteduh. Kemudian ada angin dan ambruk secara tiba-tiba," ujar dia.

Baca juga: Gempa Magnitudo 4,5 Guncang Ambon, Rumah Anggota Polisi Roboh

Wakil Bupati Sragen juga mengatakan para korban akan mendapatkan bantuan pengobatan.

Pihak pemerintah kabupaten berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah karena pengelolaan SMK berada di bawah provinsi.

Pemberian bantuan dilakukan agar orangtua tidak terbebani biaya.

"Harapan kita bisa membantu korban ini dalam pengobatannya," katanya.

Baca juga: Siswa SD Kecanduan Game Online hingga 4 Bulan Bolos Sekolah, Nenek: Bangunnya Sore, Tidur Subuh

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor: David Oliver Purba, Farid Assifa, Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com