Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Fakta Ratusan Babi Mati di Medan, Hoaks Serang Manusia hingga Peternak Rugi Ratusan Juta

Kompas.com - 07/11/2019, 06:36 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

"Populasi babi di Sumut ada 1,2 juta. 4.682 ekor itu mati karena hog cholera," kata Azhar.

Baca juga: Beredar Foto Bupati Rokan Hulu Bawa Pistol Saat Hadiri Sebuah Acara, Ini Penjelasannya

3. Warga keluhkan bau busuk

Pasca-ratusan bangkai babi mengapung di sungai, warga pun mengeluhkan bau busuk.

"Bau kali, Bang, kami jadi terganggu tiap lewat sini. Kami tak tahu bangkai ini dari mana. Mungkin dibuang orang dari hulu sana," kata Jumadi, saat ditemui Kompas.com di lokasi, Selasa.

Sejumlah warga yang terganggu berusaha mendorong bangkai babi itu agar terbawa arus sungai.

"Kebetulan air sungai naik, kami dorong bangkai itu agar terbawa arus. Kalau diangkat kami enggak sanggup baunya," tutur Jumadi.

Baca juga: Babi yang Mati di Sumut Dipastikan Bukan karena Virus Demam Babi Afrika

4. Kerugian peternak capai ratusan juta

KOMPAS.COM/DEWANTORO

Menurut keterangan seorang peternak babi, Perdamean Sitepu (45) warga Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, akibat virus hog cholera, dirinya merugi hingga ratusan juta rupiah.

"Kita sudah rugi banyak Bang, biasanya kita jual sehari 8 ekor, tapi sekarang jadi 4 ekor paling banyak. Kali aja la bang, per ekor harga 3 juta. Kalau totalnya biasanya per bulan Rp 500 juta, kalau belakangan ini jadi Rp 200 juta per bulan," keluhnya.

Baca juga: Ratusan Bangkai Babi Mengapung di Sungai Bedera Medan, Jumlahnya Terus Bertambah

5. Terkena hoaks virus menyerang manusia

HENDRI SETIAWAN

Perdamean mengatakan, meski ternaknya tidak ada yang terjangkit virus, namun terimbas akan beredarnya berita hoaks yang menyatakan kalau virus ini dapat terjangkit kepada masyarakat.

"Kalau ternak kita sehat semua Bang, tidak ada sakit. Karena berita itu nya kita jadi terimbas. Masyarakat jadi takut untuk konsumsi babi. Padahal tidak ada pengaruhnya," ungkapnya.

Untuk perawatan sendiri, dirinya mengaku kalau melakukan perawatan rutin setiap minggu, dan memberikan vaksin dan vitamin untuk kesehatan ternaknya.

"Kalau kita selalu rutin perawatan setiap minggunya. Di pakannya itu udah kita campur vitamin dan vaksinnya. Begitu juga kalau ke kandang harus steril, alas kaki juga dibuka. Makanya ternak kita sehat enggak ada yang terjangkit," ungkapnya.

Baca juga: Kasus Hog Cholera pada Babi, Peternak Merugi Ratusan Juta Rupiah

(Penulis: Kontributor Karo, Hendri Setiawan, Kontributor Medan, Dewantoro | Editor: Khairina, David Oliver Purba)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com