Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Kopi Cokelat "Ngocok Yuk" yang Dianggap Terlalu Vulgar

Kompas.com - 01/11/2019, 12:23 WIB
Perdana Putra,
Khairina

Tim Redaksi

PADANG, KOMPAS.com-Pemilik brand minuman kopi cokelat "Ngocok Yuk", Winda Faresa tidak menyangka salah satu mobil waralabanya diamankan Satpol PP Padang karena dianggap memakai kata-kata tidak senonoh melanggar norma agama dan budaya di Minang pada Rabu (30/10/2019) lalu.

Padahal, brand "Ngocok Yuk" itu sudah dibuatnya sejak 2017 lalu dan sekarang sudah berkembang pesat.

Tercatat ada 75 waralabanya yang tersebar di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Jakarta dan Jawa Barat.

"Saya heran, kenapa dibilang melanggar norma agama dan budaya. Kalau pikirannya kotor tentu bisa dikaitkan dengan hal jorok," kata Winda Faresa yang dihubungi Kompas.com, Jumat (1/11/2019).

Baca juga: Fakta Mobil Kopi Ngocok Yuk Diamankan Satpol PP, Berkonotasi Masturbasi dan Dinilai Langgar Norma Agama

Winda sangat menyayangkan adanya waralaba "Ngocok Yuk" yang diamankan Satpol PP karena dianggap berkonotasi masturbasi. Padahal, "Ngocok Yuk" itu kependekan dari Ngopi Cokelat.

Supaya kopi dan cokelatnya lebih merata dan enak rasanya, memang harus dikocok sehingga ada lanjutan kata-kata 'Semakin Dikocok, Semakin Nikmat'.

"Saya heran saja, usaha itu sudah ada sejak 2017 dan baru sekarang diamankan karena dianggap melanggar norma," ujar Winda.

Berawal dari tahun 2014

Winda menceritakan sebelum membuat brand "Ngocok Yuk", dirinya sudah memulai usahanya dengan mendirikan sebuah kafe tahun 2014 di Pekanbaru, Riau.

Dari usaha kafenya itu, Winda terinspirasi membuat minuman kopi dan cokelat untuk melayani pelanggan pria dan wanita.

"Biasanya kalau pria itu suka kopi dan wanita suka cokelat. Makanya saya terinspirasi menjual kopi dan coklat untuk menyasar pelanggan pria dan wanita," ujar Winda.

Dengan kualitas bahan kopi dan cokelat yang bagus, "Ngocok Yuk", kata Winda, menjadi booming di Pekanbaru di akhir tahun 2017 lalu.

"Ngocok Yuk" menjadi brand dan memiliki waralaba di sejumlah provinsi.

"Harganya lebih murah dibandingkan dengan harga kopi atau cokelat yang dijual di kafe-kafe. Kami hanya menjual Rp 10.000 hingga Rp 15.000," kata Winda.

Seiring dengan melejitnya "Ngocok Yuk", Winda sering mendapatkan undangan berbicara kuliah umum tentang usahanya dan juga mendapatkan penghargaan.

Baca juga: Berkonotasi Masturbasi, Mobil Kopi Ngocok Yuk Diamankan Satpol PP

Ketika memberikan kuliah umum tahun 2018 lalu di sebuah kampus di Padang, Winda mendapat tawaran dari mahasiswa untuk membuka usaha di Padang.

"Saat kuliah umum di Padang, ada mahasiswa yang menanyakan kenapa tidak dibuka di Padang. Padahal, saya orang Padang," kata Winda.

Awalnya, Winda sempat ragu karena di Padang "Ngocok Yuk" itu bisa berkonotasi negatif. Namun, tawaran membuka "Ngocok Yuk" di Padang akhirnya disanggupi.

"Responnya cukup bagus, kendati perkembangannya tidak sepesat ketika dibuka di Pekanbaru. Namun sampai sekarang, "Ngocok Yuk" masih eksis di Padang dan berkembang hingga ke sejumlah daerah di Sumbar seperti Pesisir Selatan, Payakumbuh dan lainnya," kata Winda.

 

Kerja sama dengan mahasiswa dan warga kurang mampu

Setelah booming di Pekanbaru pada akhir 2017 lalu, Winda menceritakan permintaan untuk membuka Ngocok Yuk datang di sejumlah daerah.

Akhirnya, dengan menerapkan sistem waralaba, Winda membuka "Ngocok Yuk" di sejumlah provinsi di Indonesia.

Dari sejumlah waralabanya, Winda menyebut pihaknya memang memperkerjakan warga-warga kurang mampu dan wirausaha muda dari kalangan mahasiswa.

"Kita bekerja sama dengan warga yang kurang mampu, namun memiliki semangat kuat untuk maju mengembangkan Ngocok Yuk. Ini komitmen kita," jelas Winda.

 

Berharap tidak memiliki pikiran kotor

Setelah diamankannya satu mobil waralaba "Ngocok Yuk" di Padang oleh Satpol PP Padang, Winda berharap kejadian itu tidak terulang kembali.

Hal itu, kata Winda sangat mempengaruhi waralabanya yang ada di Padang. Bahkan ada waralaba yang tidak berani buka karena takut diamankan.

"Kita sangat menyesalkan terjadinya kejadian itu. Kita berharap tidak ada yang berpikiran kotor terhadap "Ngocok Yuk" lagi," jelas Winda.

Menurut Winda, Ngocok itu adalah kata biasa dan lazim seperti ngocok adonan kue, ngocok arisan dan lainnya.

"Kalau dibawa ke negatif, jadinya negatif. Jadi jangan pikiran kotor lah," kata Winda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com