Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SGPC Bu Wiryo, Memori Jokowi dan Alumni UGM di Sepiring Sego Pecel

Kompas.com - 29/10/2019, 10:01 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Menurut Sudadi, saat itu warung masih terbuat dari anyaman bambu (gedeg). Lantainya pun masih tanah.

Kala itu, ada dua warung di sana, yaitu Sego Pecel Bu Wiryo dan warung nasi gudeg. Sego pecel menjadi kuliner yang paling diminati oleh para mahasiswa UGM. Bahkan para mahasiswa harus rela antre untuk bisa makan sego pecel.

Mereka harus sampai berdesakan karena warungnya masih kecil dan jumlah meja kursi yang tersedia juga terbatas. Seringkali mahasiswa sampai makan di luar warung

"Saya masih ingat, waktu itu harganya dibedakan. Kalau mahasiswa dan pelajar itu Rp 25, umum Rp 35," ungkapnya.

Waktu itu, lanjut Sudadi, SGPC Bu Wiryo buka sesuai dengan jam kantor UGM. Buka setiap hari sejak pagi, tetapi hari libur dan hari Minggu tutup karena tidak ada aktivitas perkuliahan.

"Senin sampai Kamis tutup jam 14.00 WIB, Jumat tutup jam 11.00 WIB, Sabtu tutup jam 13.00 WIB. Tanggal merah dan hari Minggu tutup," ucapnya.

Sudadi menceritakan, selain mahasiswa, para dosen juga banyak yang datang ke warung Bu Wiryo. Bahkan Presiden Joko Widodo yang saat itu kuliah di Fakultas Kehutanan UGM pun sering datang ke warung Bu Wiryo untuk makan sego pecel.

"Warungnya (Bu Wiryo) kan dekat dengan Fakultas Kehutanan, Saya lihat dulu itu Pak Jokowi (ke warung) itu jalan kaki. Orangnya sederhana, seadanya, halus, santai," bebernya.

Beberapa menteri pemerintahan Joko Widodo yang dahulu kuliah di UGM pun pernah menyantap Sego Pecel Bu Wiryo.

"Banyak (yang mampir), ada Pak Pratikno, Bu Retno Marsudi, Pak Basuki Hadimuljono, Pak Budi Karya Sumadi. Banyak, itu belum yang wakil dan staf-staf, guru besar," kata Sudadi.

Ingat, masih ada utang...

Seiring berjalanya waktu, lanjutnya, ada kebijakan bahwa kawasan UGM bersih dari pedagang kaki lima. Karenanya, pada akhir tahun 1994, warung SGPC Bu Wiryo pindah ke Jalan Agro CT VIII A-10 Klebengan, Selokan Mataram.

"Sudah diberi tahu, sewaktu-waktu (kalau lahan) dibutuhkan, segera pindah. Tapi sebelum itu memang Bu Wiryo sudah punya lahan di sini (Jalan Agro CT VIII A-10 Klebengan, Selokan Mataram)," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com