Salin Artikel

SGPC Bu Wiryo, Memori Jokowi dan Alumni UGM di Sepiring Sego Pecel

Bagi mahasiswa dan para anggota Kagama, singkatan dari Keluarga Alumni UGM, menu utama sego pecel di warung kuliner di Kota Pelajar adalah legenda.

SGPC merupakan singkatan dari menu utama di warung ini yakni Sego Pecel atau dalam bahasa Indonesia, nasi pecel. Usaha ini dirintis oleh keluarga Wiryosoenarto.

"Ibu cerita jualan sego pecel itu tahun 1959. Jadi SGPC Bu Wiryo ini sudah sangat lama, sejak 1959," ujar Sudadi (59), karyawan yang sudah bekerja dengan Bu Wiryo sejak 1979 saat ditemui akhir Agustus lalu.

Bu Wiryo awalnya berjualan nasi pecel dengan cara digendong. Setiap hari, Bu Wiryo berjalan kaki untuk menjajakan nasi pecel buatannya.

Sego Pecel yang dijual Bu Wiryo di depan Pagelaran Keraton menjadi salah satu kuliner favorit mahasiswa UGM. Selain mahasiswa, warga masyarakat sekitar juga menjadi penggemar sego pecel Bu Wiryo.

"Waktu UGM pindah ke Bulaksumur, Bu Wiryo juga ikut. Kan mahasiswanya juga pindah," ucapnya.

Jokowi sering mampir

Di UGM Bulaksumur, Bu Wiryo masih berjualan dengan cara menggendong sego pecel jajaannya. Bu Wiryo berjualan di bawah pohon sawo kecik sebelah timur Balairung UGM.

"Dari situ, terus buat warung kecil di sebelah timurnya. Terus pindah lagi ke sebelah timurnya lagi tapi masih di tanah UGM. Ya istilahnya pinjam. Kalau sewaktu-waktu dibutuhkan UGM, ya pindah," ungkapnya.

Kala itu, ada dua warung di sana, yaitu Sego Pecel Bu Wiryo dan warung nasi gudeg. Sego pecel menjadi kuliner yang paling diminati oleh para mahasiswa UGM. Bahkan para mahasiswa harus rela antre untuk bisa makan sego pecel.

Mereka harus sampai berdesakan karena warungnya masih kecil dan jumlah meja kursi yang tersedia juga terbatas. Seringkali mahasiswa sampai makan di luar warung

"Saya masih ingat, waktu itu harganya dibedakan. Kalau mahasiswa dan pelajar itu Rp 25, umum Rp 35," ungkapnya.

Waktu itu, lanjut Sudadi, SGPC Bu Wiryo buka sesuai dengan jam kantor UGM. Buka setiap hari sejak pagi, tetapi hari libur dan hari Minggu tutup karena tidak ada aktivitas perkuliahan.

"Senin sampai Kamis tutup jam 14.00 WIB, Jumat tutup jam 11.00 WIB, Sabtu tutup jam 13.00 WIB. Tanggal merah dan hari Minggu tutup," ucapnya.

Sudadi menceritakan, selain mahasiswa, para dosen juga banyak yang datang ke warung Bu Wiryo. Bahkan Presiden Joko Widodo yang saat itu kuliah di Fakultas Kehutanan UGM pun sering datang ke warung Bu Wiryo untuk makan sego pecel.

"Warungnya (Bu Wiryo) kan dekat dengan Fakultas Kehutanan, Saya lihat dulu itu Pak Jokowi (ke warung) itu jalan kaki. Orangnya sederhana, seadanya, halus, santai," bebernya.

Beberapa menteri pemerintahan Joko Widodo yang dahulu kuliah di UGM pun pernah menyantap Sego Pecel Bu Wiryo.

"Banyak (yang mampir), ada Pak Pratikno, Bu Retno Marsudi, Pak Basuki Hadimuljono, Pak Budi Karya Sumadi. Banyak, itu belum yang wakil dan staf-staf, guru besar," kata Sudadi.

Ingat, masih ada utang...

Seiring berjalanya waktu, lanjutnya, ada kebijakan bahwa kawasan UGM bersih dari pedagang kaki lima. Karenanya, pada akhir tahun 1994, warung SGPC Bu Wiryo pindah ke Jalan Agro CT VIII A-10 Klebengan, Selokan Mataram.

"Sudah diberi tahu, sewaktu-waktu (kalau lahan) dibutuhkan, segera pindah. Tapi sebelum itu memang Bu Wiryo sudah punya lahan di sini (Jalan Agro CT VIII A-10 Klebengan, Selokan Mataram)," ungkapnya.

Meski pindah tempat, warung SGPC Bu Wiryo masih laris manis. Para mahasiswa hingga alumni tetap banyak yang datang untuk menikmati menu Sego Pecel Bu Wiryo yang legendaris.

Setiap kali liburan, para alumni UGM selalu menyempatkan waktu untuk datang. Menurut mereka, kembali ke Yogyakarta kurang lengkap jika tidak menyantap SGPC Bu Wiryo.

Sering para alumni datang di warung SGPC Bu Wiryo untuk nostalgia menyantap sego pecel sambil mengingat masa-masa saat kuliah di UGM.

"Katanya kalau ke Yogya, atau ada kegiatan di UGM SGPC itu wajib. Belum ke SGPC, bilangnya 'belum sah'," imbuhnya.

Sudadi lalu menuturkan, suatu kali pernah ada reuni alumni digelar di warung baru. Sewaktu melakukan pembayaran di kasir, uang yang diberikan lebih dari jumlah yang seharusnya.

Ternyata, alumni tersebut masih ingat, dulu saat kuliah pernah makan SGPC Bu Wiryo tetapi bayarnya kurang.

"Ya karena keadaan mahasiswa dulu kan ekonomi sulit, uang habis, kiriman (uang dari orangtua) belum datang, makan tiga bayarnya dua. Waktu datang ke sini bayar itu berlipat-lipat," ujarnya

"Orangnya sudah tua sekali, jalan saja dibantu. Katanya, kangen ingin makan SGPC Bu Wiryo. Tanya-tanya lokasinya terus sampai sini, pas makan cerita kalau dulu waktu muda, zaman kuliah makan SGPC," tutur Sudadi.

Saat ini, SGPC Bu Wiryo sudah memiliki sekitar 14 karyawan. SGPC Bu Wiryo buka dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 21.00 WIB.

"Buka jam 6 pagi, tapi menu baru komplit jam 6.30 WIB. Jam makan siang itu ramai, hari libur itu ramai sekali, ya alumni, orang umum banyak," ungkapnya.

"Ya kalau hari biasa sekitar 100 orang ada. Hari libur ya bisa lebih dari itu," pungkasnya.

Sudadi lalu menuturkan, Bu Wiryo sudah berpulang pada tahun 1995. Sepeninggal Bu Wiryo, usaha sego pecel diteruskan oleh anak-anaknya.

 

BACA JUGA:

https://regional.kompas.com/read/2019/10/29/10010051/sgpc-bu-wiryo-memori-jokowi-dan-alumni-ugm-di-sepiring-sego-pecel

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke