Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Organisasi Kepemudaan di Kaltim Pasca-Sumpah Pemuda 1928

Kompas.com - 28/10/2019, 14:13 WIB
Zakarias Demon Daton,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Ketika perwakilan pemuda Indonesia mengikrarkan sumpah di Jakarta pada 28 Oktober 1928, di Kalimantan Timur belum ada organisasi kepemudaan.

Baru kemudian lima tahun setelahnya atau 1933 dibentuklah organisasi kepemudaan di Kaltim. Namanya Hard Inspanning Sport, disingkat HIS.

Hal itu diungkapkan Sejarawan Lokal Kaltim Muhammad Sarip menceritakan situasi Kaltim 91 tahun silam kepada Kompas.com di Samarinda, Senin (28/10/2019).

"Pendirinya bernama Abdul Gafoor. Dia baru saja menamatkan sekolah tingkat dasar zaman Belanda di Samarinda," kata Sarip. 

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda dan 4 Pesan Inspiratif Mendikbud Nadiem Makarim

Sarip mengatakan kesadaran mereka membentuk HIS karena memahami pentingnya bergerak dalam perjuangan nasionalisme dan menyadarkan masyarakat akan kebangsaan Indonesia.

Organisasi kepemudaan itu sengaja diberi nama yang terdiri atas tiga kata yang huruf awalnya adalah H-I-S karena sekolah Gafoor adalah HIS, singkatan dari Hollandsch Inlandche School.

Perkumpulan HIS mengadakan kegiatan belajar agama. Selain itu, mereka aktif berkesenian.

HIS kemudian berganti nama menjadi Persatuan Pemuda Indonesia, disingkat PERPI pada 1938.

Baca juga: Momen Sumpah Pemuda, UMP Bangka Belitung Naik Jadi Rp 3,2 Juta

Syarikat Islam dan HIS

Tapi, jauh sebelum lahir HIS, Syarikat Islam (SI) sudah terbentuk di Kaltim pada 1913. Organisasi ini bersifat umum kemasyarakatan tidak mengkhususkan pada usia pemuda.

Pun, perjuangannya bersifat nasional, bukan terbatas pada primordial etnis atau lokalitas.

Lantas bagaimana respons SI di Kaltim terhadap ikrar pemuda di Jakarta ?

Menurut Sarip, reaksinya tak serta-merta cepat. Maklum kala itu, informasi mengandalkan koran lintas pulau yang kadangkala saja ada orang yang membawa via kapal.

Tapi, perlu diketahui Kongres 27-28 Oktober itu pesertanya dari perkumpulan pemuda representasi etnik atau geografis bukan ormas sosial-politik.

Baca juga: Unjuk Kreativitas Siswa Disabilitas Saat Momen Sumpah Pemuda

Jadi, Syarikat Islam tiada kabar responsif soal Sumpah Pemuda.

"Tetapi perlu dicatat, AM Sangaji sebagai satu dari tokoh nasional Syarikat Islam, yang sebelumnya pernah tinggal di Tenggarong sejak 1917 hingga beberapa tahun kemudian," kata Sarip. 

"Pada Kongres Pemuda 1928 turut menjadi pesertanya," jelas Sarip yang juga Koordinator Lembaga Studi Sejarah Lokal Komunitas Samarinda Bahari (Lasaloka-KSB).

Artinya, ada peserta dari Kaltim walaupun tidak secara langsung mengatasnamakan perwakilan Kaltim.

Sangaji kemudian menjelang Perang Pasifik kembali ke Kaltim dan berdomisili di Samarinda. Ia membina para pemuda pergerakan.

Baca juga: Momentum Sumpah Pemuda, Polres Cianjur Luncurkan Kang Bhabin

 

Lahirnya Rupindo

Pengurus Rukun Pemuda Indonesia (Rupindo), 1942, berdiri paling tengah adalah Abdoel Moeis Hassan (ketua dan pendiri Rupindo).Dok. Lasaloka-KSB Pengurus Rukun Pemuda Indonesia (Rupindo), 1942, berdiri paling tengah adalah Abdoel Moeis Hassan (ketua dan pendiri Rupindo).
Satu dari murid terbaik Sangaji ialah Abdoel Moeis Hassan, yang mendirikan Rupindo 1940 dan Balai Pengajaran dan Pendidikan Rakyat (BPPR) 1942.

Mei 1940, usia Moeis Hassan belum genap 16 tahun.

Kala itu, ia dan kawan-kawannya antara lain Badroen Tasin, Chairul Arief, Syahranie Yusuf, menggagas pembentukan organisasi kepemudaan lokal yang berhaluan kebangsaan.

Namanya, Rukun Pemuda Indonesia, diakronimkan Rupindo.

Baca juga: Mohammad Yamin, Salah Satu Sosok Penting di Balik Sumpah Pemuda

Perkumpulan ini bertujuan menghimpun dan membangkitkan semangat kaum muda serta menanamkan kesadaran berbangsa, berbahasa, dan bertanah air Indonesia. Organisasi ini eksis hingga 1945.

"Polisi Belanda sering mengintimidasi dan menginterogasi Moeis dkk. Tapi para pengurus Rupindo cerdik berkelit," kata Sarip.

Kelak pada masa Revolusi Kemerdekaan, Moeis Hassan tampil sebagai pemimpin perjuangan diplomasi kemerdekaan di Kaltim dalam wadah Ikatan Nasional Indonesia (INI) dan Front Nasional.

Moeis Hassan juga menjadi gubernur Kaltim periode 1962–1966.

Baca juga: Pengendara Terjaring Razia Disuruh Ucapkan Sumpah Pemuda, Banyak Tidak Hafal

 

Berdirinya Surya Wirawan

Seiring itu, di Samarinda berdiri pula Surya Wirawan. Organisasi ini merupakan perkumpulan pemuda kepanduan, yang sekarang mirip dengan Pramuka.

Ketuanya adalah Bustani HS, yang kemudian pernah dipenjara Belanda selama dua tahun pada 1940–1942.

Landraad atau pengadilan kolonial di Samarinda memvonis Bustani H.S. melakukan subversif atau makar dari sebuah orasinya dalam rapat umum.

Kala itu, Samarinda menjadi pusat pergerakan di Kaltim.

Baca juga: Tonjolkan Keberagaman, PNS Gresik Upacara Sumpah Pemuda dengan Pakaian Adat

 

Karena menjadi pusat pergerakan di Oost Borneo—nama Kaltim tempo dulu—karena Samarinda kala itu adalah pusat pemerintahan kolonial sekaligus pusat pendidikan dan perdagangan di timur Kalimantan.

Sedang Balikpapan hanya menjadi kota minyak bagi kolonial.

Sementara Tenggarong merupakan ibu kota Kerajaan Kutai Kertanegara yang tenang, relatif sepi dari hiruk-pikuk pergerakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com