Agus Giyawa, Komandan Satuan 604 Menwa, Unitas Palembang, mengatakan, sebelum mengikuti kegiatan pra diksar di Desa Senai, Kabupaten Ogan Ilir, kondisi kesehatan Akbar telah lebih dulu dicek dan dinyatakan dalam keadaan sehat.
Namun, pada Rabu (16/10/2019), Akbar mengeluhkan kaki keram.
"Sebelum berangkat sudah dicek kesehatan dan kami minta persetujuan langsung. Untuk kekerasan, kami tidak bisa bilang, biar nanti polisi yang bertindak," katanya.
Baca juga: 17 Mahasiswa Jadi Tersangka, Unila Tunggu Proses Hukum hingga Pengadilan
Tito (46), orangtua Akbar menuturkan, sebelum kejadian, anak pertamanya itu sempat pamit meminta izin untuk mengikuti kegiatan diksar menwa di Ogan Ilir.
Tito pun memberikan izin kepada Akbar tanpa memiliki firasat apapun.
"Saya izinkan, karena memang tidak ada firasat apapun. Berangkatnya hari minggu kemarin," kata Tito.
Menurut Tito, ia baru mendapatkan kabar jika anaknya dirawat di rumah sakit Ogan Ilir pada Rabu (16/10/2019).
"Kami masih berduka, nanti setelah selesai (pemakaman) baru akan ambil langkah hukum," ujarnya.
Baca juga: Cerita Pemilik Kebun yang Melihat Kegiatan Diksar Menwa Unitas: Peserta Ada yang Dipukul, tapi...
Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan tim dokter forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Palembang, ditemukan tanda kekerasan benda tumpul di alat vital korban.
Dokter Forensik RS Bhayangkara Palembang dr Indra menuturkan, hasil pemeriksaan luar mereka menemukan adanya tanda kekerasan benda tumpul di alat vital korban.
"Ditemukan tanda kekerasan di alat vital. Dugaannya hal itu yang menyebabkan korban tewas," ujar dia.
Baca juga: Calon Anggotanya Tewas, Komandan Menwa Unitas Palembang Sujud di Kaki Ibu Korban
"Itu bukan kegiatan kampus. Seluruh pesertanya ada dari universitas lain. Bukan kita penyelenggaranya," kata Joko, Kamis (17/10/2019).