Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Pontianak Tawarkan Rumah Susun untuk Keluarga yang Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam

Kompas.com - 12/10/2019, 15:16 WIB
Hendra Cipta,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

PONTIANAK, KOMPAS.com - Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Edi Rusdi Kamtono merespons adanya pasangan suami istri (pasutri) bersama empat anaknya yang menempati gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.

"Kita siapkan rumah susun di Jalan Harapan Jaya. Kalau mereka mau tinggal, gratis," kata Edi, Sabtu (12/10/2019).

Dia menegaskan, jangan sampai ada warga Kota Pontianak yang tidak terlindungi dari masalah sosial. Namun, terkait masalah itu, Edi mengaku tidak tahu.

Menurut dia, jangkauan pemerintah kota terbatas dalam memperoleh data warganya. Maka dari itu, harus didukung adanya kepedulian masyarakat dan semua jajaran, terutama kepada camat, lurah, RT, RW, tokoh masyarakat, dan media.

Baca juga: Rumah Dijual Mertua, Keluarga Ini Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam dan Anak Putus Sekolah

"Jangan sampai ada warga kita yang tak terlindungi dari masalah sosial. Kalau ada, laporkan," katanya.

Edi menjelaskan, sistem pelaporan bisa dengan langsung datang ke kantor wali kota, mengirim surat atau melalui RT dan RW setempat.

"Intinya, pemerintah kota akan memfasilitasi siapa pun warga Pontianak yang merasa tidak beruntung," ucapnya.

Masalah data dan kepedulian

Tampak kondisi gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam yang ditenpati pasutri bersama 4 anaknya di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.KOMPAS.COM/HENDRA CIPTA Tampak kondisi gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam yang ditenpati pasutri bersama 4 anaknya di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Dia menilai, persoalan ini terjadi karena masalah data. Edi menyebut, walau tidak semuanya, ada petugas RT-RW yang tidak peduli kepada warganya.

"Ini kan masalah data saja sebenarnya. (Harusnya) data penduduk, di wilayah masing-masing, dihimpun masalahnya, dan disampaikan ke lurah," ujarnya.

Selain itu, dalam data itu juga disampaikan, warga tersebut miskin karena apa. Dia melanjutkan, zaman sekarang ini semuanya bisa cepat menyebar dan menjadi viral. Namun, dia tidak permasalahkan itu dan akan segera ditangani.

"Apakah karena dia ini benar-benar sakit, bermasalah, (kan) banyak faktor. Terus kenapa dia harus keluar, bikin pondok di Kabupaten Kubu Raya, kan pasti ada sesuatu," katanya.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Fakta Pelaku Penusukan Wiranto | Keluarga Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam

Dua bulan tinggal di pondok mirip kandang ayam

Sebagaimana diketahui, pasutri bersama 4 anaknya itu merupakan warga Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara, Kota Pontianak, Kalbar.

Mereka menempati gubuk tersebut sejak dua bulan lalu.

Lena, sang ibu, enggan menceritakan prihal kepindahannya itu lebih jauh. Menurut dia, alasan mereka memilih tinggal di gubuk itu lantaran keterbatasan ekonomi.

"Suami kerja serabutan. Anak empat orang. Jadi saya bersama suami buat rumah di sini," kata Lena, Jumat (11/10/2019).

Lena melanjutkan, warga membolehkan Lena dan keluarga menumpang mendirikan bangunan di tanah warga. Selain itu, warga juga memberikan bantuan berupa seng bekas kandang ayam.

"Untuk kayu-kayu, saya sama suami mencari pohon di hutan," tuturnya.

Baca juga: Fakta Keluarga yang Tinggal di Gubuk Mirip Kandang Ayam, Anak Putus Sekolah hingga Cari Ubi dan Pakis d Hutan

Lena menceritakan, keempat anaknya masing-masing berusia 15 tahun, 14 tahun, 5 tahun, dan 1 tahun. Anak tertuanya sudah putus sekolah sejak dua tahun lalu lantaran tidak ada biaya.

Adapun anak kedua masih sekolah di kelas VII SMP, tetapi terancam putus sekolah karena masalah sama.

"Sehari-hari, saya ke hutan mencari ubi dan sayur pakir untuk dijual dan dimakan," katanya.

Koordinasi buruk aparatur pemerintah

Tampak kondisi gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam yang ditenpati pasutri bersama 4 anaknya di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.KOMPAS.COM/HENDRA CIPTA Tampak kondisi gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam yang ditenpati pasutri bersama 4 anaknya di Jalan Tani, Desa Mega Timur, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Sementara itu, anggota DPRD Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Yandi, mengatakan, adanya satu keluarga yang menempati gubuk berdinding seng bekas mirip kandang ayam akibat buruknya komunikasi dan koordinasi aparatur pemerintah, dari tingkat RT sampai pemerintah kota.

"Mengenai persoalan ini, semoga bisa cepat dicarikan solusi," kata Yandi.

Dia beranggapan, selama ini pemerintah setempat belum bisa mengimplementasikan kebijakan dengan baik.

Padahal, sejak lama di Pemkot Pontianak punya program yang menegaskan bahwa tidak boleh ditemukan anak-anak yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.

Baca juga: Kado HUT ke-248 Kota Pontianak: Krisis Air Bersih dan Kualitas Udara Buruk

Bahkan, kebijakan tersebut jelas menyebutkan bahwa jika masih ditemukan, lurah setempat akan dicopot dari jabatannya.

"Kejadian ini jadi kado buruk bagi Kota Pontianak yang akan merayakan ulang tahun ke-248," ujarnya.

Ke depan, Yandi berharap seluruh dinas terkait untuk pro-aktif dalam melakukan pendataan. Sebab bisa jadi keluarga tersebut bukan satu-satunya yang mengalami nasib serupa.

"Sekarang kita minta untuk segera dicarikan solusi bersama,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com