KOMPAS.com - Berita wafatnya dokter Soeko Marsetiyo (53), yang menjadi korban jiwa saat terjadi kerusuhan di Wamena, Senin (23/9/2019) lalu masih menjadi perhatian pembaca Kompas.com.
Dokter Soeko telah mengadikan dirinya untuk Papua selama 15 tahun, meskipun sudah dibujuk keluarganya untuk pindah tugas, namun anak nomor lima dari delapan bersaudara ini tetap bertekad bulat di Papua.
Sementara itu, berita kasus kematian NP, bocah perempuan berusia lima tahun yang tewas dibunuh dan diperkosa dua kakak angkatnya juga masih jadi perbincangan pembaca di Kompas.com.
Kedua orangtua NP, Hadi (53), dan Sri Yuliganti (38), mengaku kesal kepada ibu angkat dan kedua anaknya yang dengan tega melakukan perbuatan keji terhadap anak kandungnya.
Yuli mengaku kalau ia berpisah dengan anaknya saat NP berusia tiga tahun, Yuli pun sempat mencari keberadaan NP namun tak ketemu, dan terakhir bertemu anaknya sudah meninggal.
Bahkan, Yuli pun tak mengetahui kalau anaknya diserahkan Ma Kokom kepada tersangka SR.
Berikut ini 5 berita Populer Nusantara selengkapnya:
Adik dokter Soeko Marsetiyo, Endah Arieswati menceritakan, begitu lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, kakaknya (Soeko Marsetiyo) memilih ditempatkan di Papua.
"Biasa kan ada masa bakti PTT (Pegawai Tidak Tetap), dia (dokter Soeko Marsetiyo) memilih dapat di Papua," ujar Endah Arieswati saat ditemui usai pemakaman, Jumat.
Setelah selesai masa baktinya, sambung Endah, kakaknya tidak lantas memilih tugas di kota, justru memilih untuk mengabdikan dirinya di Papua.
"Setelah selesai masa bakti, kalau teman-teman yang lain itu kan biasanya terus mencari ke kota. Tetapi, dia keukeuh meminta untuk tetap di Papua lokasinya," tegasnya.
Endah mengatakan, kakaknya sudah bertugas di Papua selama 15 tahun.
Selama bertugas di Papua, lanjutnya, lokasi tugas kakaknya berpindah-pindah tempat dan yang terakhir bertugas di Tolikara.
"Pokoknya di Papua itu sudah 15 tahun. Kira-kira sejak 2003 atau 2004," tambahnya.