Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan Wamena: Trauma Konflik di Tahun 2000 dengan Korban Meninggal Capai 31 Orang

Kompas.com - 27/09/2019, 11:01 WIB
Rachmawati

Editor

"Pas ketemu di kantor, di halaman, atau di ruangan sekitar ini, mereka berkumpul seolah-olah menceritakan kami. Diomongin begitu," kata Ronny.

Ia hanya berharap situasi segera kembali kondusif, "supaya kami juga aman".

Baca juga: Duka di Tanah Wamena Papua...


"Belum ada aktivitas"

Dandim Jayawijaya, Letkol Candra Dianto, menuturkan bahwa kondisi di Wamena, Jayawijaya berangsur kondusif setelah kerusuhan menyebabkan 30 orang meninggal dunia pada Senin (22/09) lalu.

"Pengguna jalan sudah mulai beraktivitas, namun untuk pemerintahan, pendidikan dan perekonomian sampai saat ini belum terlihat beraktivitas," ungkap Candra melalui sambungan telepon, Kamis (26/09).

"Mereka menunggu, meyakinkan situasi benar-benar aman dan kondusif."

Sekretaris Eksekutif Yayasan Teratai Hati Papua - LSM yang bergerak dalam bidang HAM dan pemberdayaan ekonomi, Ence Geong, mengatakan ketakutan masih kental terasa di antara masyarakat.

Baca juga: Fakta Pasca-kerusuhan di Wamena, Kontak Senjata dengan KKB hingga 1 Keluarga Ditemukan Tewas Terbakar

"Ada ketakutan lah, antara masyarakat Papua takut aparat. Demikian juga, masyarakat pendatang ada ketakutan juga terhadap masyarakat Papua," tuturnya.

Menurut Ence, yang penting dilakukan untuk menghentikan gejala konflik horisontal yang saat ini mulai secara perlahan terbentuk, yaitu dengan menghentikan penanganan dengan kekerasan terhadap massa pengunjuk rasa.

"Selama menggunakan kekerasan, itu akan membuat konfliknya panjang dan meluas."

Selain itu, pembauran masyarakat - baik penduduk asli Papua maupun para pendatang, penting untuk segera dilakukan, kata Ence. Ia pun mengkritisi hadirnya kelompok nusantara yang dianggapnya mengganggu proses pembauran tersebut.

Baca juga: Pascakerusuhan, Sebagian Besar Wilayah Wamena Gelap Gulita

"Itu (kelompok Nusantara) mengganggu sekali, itu membuat konflik horisontal bisa terjadi," ungkap Ence, yang kemudian dibantah oleh Candra.

"Imbauan-imbauan dari pemerintah, dari TNI-Polri kepada suku atau Barusan Nusantara ini, kita sudah imbau untuk tidak melakukan aksi," pungkasnya.

Hingga Kamis (26/9/2019), sambungan internet di Wamena, Papua masih belum kembali. Hal itu dilakukan pemerintah dalam upaya untuk menghentikan persebaran berita bohong dan provokasi melalui internet, yang dianggap dapat memicu kembali aksi anarkis.

Baca juga: 7 Pelaku Diduga Dalang Kerusuhan Wamena Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com