Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Desa Penari yang Eksistensinya Terancam Regenerasi...

Kompas.com - 19/09/2019, 19:22 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

 

 

Minim regenerasi penari tayub

Ketika disinggung mengenai masa depan tari Tayub di desanya. Gunem hanya bisa tersenyum kecut, dan cukup bingung menjawab.

Sepengetahuan dirinya, kesenian tayub awalnya ada dua kelompok yakni Dusun Kuweni, dan Badongan. Namun karena minimnya penari Tayub kedua kelompok ini melebur menjadi satu.

"Dulu seangkatan saya itu banyak sekali. Ada puluhan (penari) mungkin di desa ini. Sekarang tinggal tiga. Saya, Purwanti dan Wahyu. Ada satu yang masih sekolah, kalau hari sabtu dan Minggu mau ikut juga," ucapnya. 

Hambatan yang sering dihadapi seperti ketika ada penari berhalangan untuk ikut dalam sebuah pentas. Untuk mengatasi hal tersebut dirinya mencari penari lain yang tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan tari Tayub.

"Mau tidak mau ya saya carikan penari lain biasanya dari campursari. Kalau ada yang paham mengenai tari Tayub pasti akan tahu bahwa yang menari bukan asli penari Tayub, yang membedakan adalah gerakannya kalau yang tidak terbiasa pasti terlihat kaku," ujarnya.

"Biasanya mereka berhenti menari karena sudah berkeluarga. Ada beberapa teman saya dulu berhentinya karena dilarang suaminya. Saat ini ada beberapa kelompok penari tayub, tetapi sudah tidak sama pakemnya dengan kami," ucapnya.

Baca juga: KKN di Desa Penari, Kenapa Kita Harus Menghormati Aturan Suatu Daerah?

 

Gerakannya susah ditiru

Penari Tari Tayub, Purwanti (41), mengatakan dirinya menari karena mengikuti ibunya yang juga sebagai penari Tayub, tetapi sudah berhenti.

Awalnya dirinya menari Tayub bersama adiknya, tetapi setelah berkeluarga adiknya berhenti.

"Awalnya sekitar usia SMP-lah, epengen ikut saja karena ibu saya juga seorang penari Tayub. Ditambah lagi saat itu juga kekurangan tari Tayub," ucapnya. 

Dijelaskannya, bagian tari Tayub yang tidak bisa ditiru oleh penari lainnya adalah gerakan Gambyong dan ukel. Kalau penari Tayub asli pasti terlihat lebih luwes.

"Pengennya ada regenerasi untuk penari Tayub sampai saat ini belum ada yang berminat untuk meneruskan," ucapnya. 

Baca juga: 17 Agustus: Kisah Penari Kepercayaan Bung Karno, Tetap Menari di Usia Senja

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com